Kalangan Perempuan Diajak Aktif Lakukan Pencegahan Dini Radikalisme dan Terorisme

Kupang – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTT menggelar workshop bagi kalangan perempuan di Aula SMKN 3 Kupang, Kamis (13/4).

Kegiatan yang dikemas dalam Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP) cerdas digital satukan bangsa melalui FKPT dibuka Kolonel CZI Rahmat Suhendro, Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT dan diikuti ratusan aktivis organisasi perempuan.

Pada kesempatan tersebut, Kolonel Rahmat Suhendro menyebutkan kalau terorisme adalah tindakan kejahatan luar biasa dan melanggar HAM.

“Dampak terorisme bukan saja dirasakan dalam sektor ekonomi dan sosial, tetapi juga merusak stabilitas ketahanan negara. Intinya terorisme itu ancaman bagi peradaban modern dan menjadi tantangan karena membuat ketidaknyamanan kedaulatan negara,” ujar Rahmat..

Dia melanjutkan, perempuan memiliki posisi vital dalam keluarga dan memegang posisi strategis. Perempuan jadi patner bagi anak dan suami. Perempuan juga menjadi filter dan pendeteksi awal dalam pendidikan keluarga.

Tugas mendidik anak ada pada perempuan dan punya kedekatan lebih pada anak. Disisi lain perempuan menjadi benteng bagi pemahaman ideologi radikal sehingga perlu penanaman nilai kebangsaan dan kearifan lokal sebagai filter dalam menangkal paham radikalisme.

Ia menegaskan kalau penanggulangan terorisme bukan hanya oleh aparatur tapi butuh sinergi dari elemen masyarakat. Untuk itu, BNPT mendorong perempuan menjadi agen perdamaian dan melawan paham serta propaganda kelompok terorisme dimulai dari keluarga.

Diingatkan pula bahwa generasi muda rentan terpapar karena orang tua suka memanjakan anak.

“Anak-anak akan menghadapi dunia sendiri maka didiklah anak-anak agar siap menghadapi hal yang akan dihadapi,” tegasnya.

Ia berharap agar organisasi perempuan perlu membantu melakukan sosialisasi. “Semua berkewajiban menjaga NTT agar terhindar dari terorisme dan radikalisme,” tandasnya.

Ketua FKPT NTT, Yohanes Oktavianus, menyebutkan indeks kekerasan pada perempuan dan anak cukup tinggi. Partisipasi perempuan juga dalam pembangunan makin meningkat.

“Jika perempuan disalahgunakan maka negara akan hancur,” ujar Kepala Kesbangpol Provinsi NTT ini.

Saat ini, masyarakat tidak bisa menghindar dari perkembangan teknologi. Untuk itu perempuan diminta berpartisipasi dalam menyejukkan bangsa agar jangan mengarah pada kekerasan yang menuju pada radikalisme dan terorisme.