Sidoarjo – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ma’ruf Amin mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan kerukunan demi mewujudkan Indonesia yang damai. Pasalnya, sejarah berdirinya Indonesia ini tidak bisa terlepas dari peran santri NU.
“Kader NU harus menjaga NKRI dari serangan radikalisme dan terorisme. NU siap menjadi garda terdepan dalam mengawal NKRI,” tegas KH Ma’ruf Amin, saat memberikan sambutan pada acara Istighotsah Kubro di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Minggu (28/10).
“Ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) boleh saja hilang di negara lain. Tapi di Indonesia, Aswaja harus tetap ada hingga kiamat,” sambungnya lagi.
Menurutnya, saat tentara sekutu menduduki kembali republik ini tahun 1949, saat itu TNI dan Polri belum terkonsolidasikan dengan baik. Menurutnya, dengan semangat juang membela NKRI, melalui Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari memberikan fatwa bahwa jihad membela negara dan melawan penjajah hukumnya Fardhu A’in.
“Usai menerima fatwa dari Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari, ribuan santri bergerak menuju Surabaya dengan semangat jihad fi sabilillah membela NKRI, dengan ridho dan pertolongan Allah SWT akhirnya sekutu berhasil di usir dari NKRI,” kata pria yang juga cicit seorang ulama besar dari Banten, Syekh KH Nawawi Al-Bantani itu.
Dikatakan Ma’ruf Amin, saat ini yang menjadi tantangan bagi santri zaman now adalah separatisme dan radikalisme. “Separatisme adalah bughat,” kata Ma’ruf.
“Sedangkan gerakan radikal dan teror akan mengancam keberadaan NKRI,” lanjutnya.
Bagi Ma’ruf Amin, Hari Santri yang telah ditetapkan pemerintah sebagai tantangan agar bisa membaca kitab mu’tabar. “Juga membaca huruf-huruf Allah yang termaktub dalam tatanan bangsa dan negara,” tutup Ma’ruf Amin.
Istighotsah Kubro yang diselenggarakan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur diawali dengan kirab santri. Kegiatan mengambil start dari Pendopo Kabupaten Sidoarjo menuju lokasi istighotsah di Gelora Delta.