Medan – Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai penyebaran paham dan aksi radikalisme banyak direncanakan di rumah kos-kosan. Karena itu dia meminta fungsi masjid tidak hanya hablumminallah (hubungan dengan Allah) semata, namun juga hamblumminannas (hubungan dengan sesama manusia).
“(Saya) Tidak pernah (dengar) bahwa teror direncanakan di masjid, enggak ada. Hampir semua teror direncanakan di kos-kosan, jadi lebih berbahaya rumah kos dari pada masjid apabila berbicara radikalisme,” ujar Jusuf Kalla di acara pelantikan Pimpinan Wilayah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sumatera Utara di Medan, dikutip Merdeka.com, Selasa (7/1).
Jusuf Kalla juga mencontohkan kasus penusukan mantan Menko Polhukam Wiranto. Pelaku merancang aksinya dari kos-kosan.
“Untuk itu masjid harus dijaga bagaimana harmonisasinya dengan masyarakat, dan selaras dengan masjid, lain-lainnya,” ujar JK.
Dalam sambutanya, Jusuf Kalla juga meminta masjid tidak hanya sebagai tempat menjalankan ibadah semata, namun juga sebagai tempat pendidikan bagi masyarakat, baik di bidang kesehatan, ekonomi dan lainnya.
“(Misalnya) bagaimana masyarakat meningkatkan ekonomi lewat kebersamaan dan lewat kewirausahaan, lewat koperasi. Maka itu masjid menjadi tempat yang baik. Kita tidak ingin masjid megah tapi masyarakatnya kumuh dan miskin,” pesan Jusuf Kalla.