Jakarta – Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla atau JK meminta kepada seluruh Peserta Program Pendidikan Reguler (PPRA) ke-56 dan Program Pendidikan Singkat (PPSA) ke-21 Lemhanas Tahun 2017, untuk menjaga kestabilan bangsa. JK minta peserta didik Lemhanas untuk bisa mengatasi teror dan mengharapkan bangsa Indonesia yang beragam ini tak berkonflik seperti di Timur Tengah.
Hal itu disampaikan JK ketika memberi kuliah umum kepada Peserta Program Pendidikan Reguler (PPRA) ke-56 dan Program Pendidikan Singkat (PPSA) ke-21 Lemhanas Tahun 2017 di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Acara tersebut dihadiri para peserta yang terdiri dari pejabat tinggi TNI, Polri, serta perwakilan beberapa negara sahabat.
“Banyak bangsa yang punya kesamaan tapi dia bergolak terus. Dulu saya selalu diingatkan salah satu Dubes Arab, jadilah bangsa Indonesia, jangan seperti kami orang Arab. Mereka terdiri dari 16 negara, walaupun satu bahasa, agama, warna kulit, tapi terpecah dan berperang satu sama lain,” kata JK di Istana Wakil Presiden, Senin (28/8/2018).
“Kita punya 300 bahasa, kulit, bahasa, begitu banyak, hampir semua bangsa besar, tapi kita bersatu. Bahwa ada hal-hal yang menyebabkan masalah radikalisme, terorisme itu pertimbangan harus kita atasi,” ujar JK.
Dikatakan, terorisme bisa terjadi karena adanya campur tangan pihak luar. Salah satunya adalah konflik yang tak berkesudahan di Afghanistan serta konflik ISIS yang hingga kini belum reda. Apa yang terjadi di dunia sekarang? Terorisme, radikalisme, kenapa itu semua terjadi? Itu terjadi karena campur tangan orang luar.
“Afganistan diduduki Rusia kemudian datang AS bantu, kemudian perang. Rusak semua negeri itu. Begitu juga ISIS, Irak diserang AS, munculah generasi muda. Membalas semua. Oleh karena itu, saya meminta para peserta pendidikan untuk meluaskan pandangan melihat permalasahan negara sekarang,” lanjut Wakil Presiden.
“Maka, dalam Lemhanas tentu, kepemimpinan anda semua kita harapkan ke depan punya pandangan lebih luas seperti dikatakan orang (mempunyai) ‘helikopter view’. Melihat pandangan luas, karena jika pandangan sempit maka kita sama saja melihat kepentingan diri sendiri,” pungkasnya.