Jakarta – Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Indonesia, HM Jusuf Kalla )JK) mengaku tak yakin pengaruh Taliban pasca menduduki pemerintahan Afganistan bisa mempengaruhi sel-sel terorisme di Indonesia. Menurut JK, Taliban lebih bergerak dalam perjuangan memperebutkan Afganistan, bukan berjuang dalam gerakan internasional, melainkan hanya gerakan dalam negeri.
“Jadi mereka lebih pada gerakan penguasaan internal dalam negeri. Saya enggak yakin bahwa ini akan mempengaruhi sel terorisme Indonesia karena Taliban tidak mengejar pengaruh keluar, hanya di dalam negeri,” kata dikutip dari CNN, Minggu (22/8/2021) malam.
Seperti diketahui, JK beberapa kali terlibat dalam perdamainan Taliban dan pemerintah Afghanistan. Menurutnya, pengaruh Taliban di Indonesia tak sekuat pengaruh kelompok teror ISIS atau Al-Qaeda. Sebab ISIS dan Al-Qaeda memiliki gerakan internasional dengan agenda untuk menyatukan negara-negara di dunia.
Maka dari itu, dua kelompok teror ini mencari pengaruh lebih banyak tak hanya di kawasan Timur Tengah, tapi juga hingga Asia-Eropa. Sementara Taliban lebih fokus bergerak di dalam negeri untuk menduduki pemerintahan Afganistan.
“Perlu juga diketahui perjuangan Taliban itu berbeda dengan ISIS dan Al-Qaeda. Mereka ingin menjadi khalifah di dunia, sementara Taliban perjuangan dalam negeri untuk [menduduki] pemerintahan Afganistan,” ucap JK.
PJK juga menilai, Taliban saat ini belum memiliki fondasi ekonomi dalam negeri yang kokoh sehingga sulit memberikan pengaruh pada para mujahidin di luar Afganistan.
Selain itu, JK menyebut para mujahidin Taliban selama ini mendapat sokongan dana dari pemerintah Amerika Serikat agar terus memicu konflik. Sementara saat ini, JK menilai Amerika Serikat dan Taliban sudah tidak lagi berhubungan baik.
“Tidak mungkin mereka [Taliban] membantu oknum di luar itu karena ekonomi mereka saat ini. Dulu kenapa menggerakkan mujahidin itu kan karena Amerika, mereka juga yang memberikan senjata pada mujahidin untuk melawan Rusia,” jelas JK.
Konflik Taliban-Afganistan menjadi sorotan dunia setelah kelompok itu mendepak Presiden Ashraf Ghani dari kursi pemerintahan. Setelah menduduki Ibu Kota Kabul, Taliban berjanji akan membentuk pemerintahan terbuka di Afganistan. Sampai saat ini, Taliban masih melakukan pemetaan politik di tanah konflik tersebut.