Beirut – Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah mengatakan, siap menarik pasukannya dari Irak setelah kelompok teror ISIS kehilangan kendali atas benteng kota terakhirnya di negara itu. Hizbullah telah mengerahkan sejumlah komandan dan kadernya ke Irak untuk melawan ISIS.
“Kami menganggap misinya sudah selesai, namun kami menunggu pengumuman final kemenangan di Irak. Jika menurut kami itu sudah selesai, bahwa keberadaan para saudara ini tidak diperlukan lagi, mereka akan pulang untuk dikerahkan kembali ke wilayah lain yang membutuhkan mereka,” kata Hassan Nasrallah.
Seperti dikutip dari kantor berita ‘AFP’, Selasa (21/11/2017), Hassan Nasrallah akan mengkaji kembali keberadaan Hizbullah di Irak dan mungkin akan menarik anggotanya. Dalam perang melawan ISIS di Irak, Hizbullah mengerahkan komandan berpengalaman sebagai penasihat dan pelatih untuk bekerja bersama dengan Hashed al-Shaabi, paramiliter yang didominasi milisi Syiah dan setia pada Teheran.
Sebelumnya, pasukan Irak pada 17 November 2017, mengumumkan telah merebut kembali Rawa, kota terakhir yang dikuasai ISIS di Irak. Direbutnya Rawa, mengakhiri operasi militer anti-ekstremis selama tiga tahun. Upaya terakhir untuk melawan ISIS dipelopori oleh pasukan khusus Irak dan pasukan reguler. Namun Hashed al-Shaabi, dengan pasukannya yang mencapai puluhan ribu orang, menjadi komponen kunci dalam operasi penumpasan itu.
Di sisi lain, Hassan Nasrallah menolak klaim yang disampaikan oleh menteri luar negeri Arab tentang Hizbullah. Pejabat Arab mengatakan kelompok Lebanon tersebut mempersenjatai pemberontak di Yaman. Dalam sebuah pidato di televisi pada di Beirut, mengatakan bahwa klaim yang dibuat pada pertemuan Liga Arab merupakan pernyataan yang konyol.
Hal ini mengacu pada sebuah paragraf akhir yang dibuat setelah pertemuan di Kairo, yang menuduh Hizbullah mendukung terorisme dan kelompok ekstremis di negara-negara Arab dengan senjata canggih dan rudal balistik. Nasrallah mengatakan tidak ada bukti untuk klaim tersebut. Hizbullah tidak memiliki rudal balistik. Hizbullah hanya mengirim senjata ke Palestina dan Suriah.
Arab Saudi telah menuduh Hizbullah memainkan peran dalam penembakan rudal balistik 4 November oleh pemberontak Houthi yang bermarkas di Iran menuju Bandara Internasional Raja Khaled di luar Riyadh. “Kami belum mengirim rudal balistik atau senjata canggih – bahkan senjata api – bukan ke Yaman, bukan ke Bahrain, bukan ke Kuwait, bukan ke Irak atau negara Arab manapun,” kata Nasrallah.