Baghdad – Kelompok bersenjata ISIS disebut telah kembali melakukan aksinya di Irak dengan serangan harian terhadap warga sipil dan pasukan keamanan. Hal ini dijelaskan Jenderal Peshmerga Sirwan Barzani yang terlibat dalam penangannan kelompok militan itu.
Dikutip dari Al-Arabiya, kelompok yang digolongkan sebagai teroris itu melakukan aksinya di Utara negara itu. ISIS dikatakan kembali memicu persaingan sektarian yang didorong ideologi mereka meskipun kelompok itu mengalami kekalahan militer dalam beberapa tahun terakhir.
Barzani menguraikan kompleksitas pertempuran melawan ISIS saat ini. Ia menyebut kelompok tersebut menggunakan taktik gerilya dan menyatu dengan penduduk sipil.
“Masih ada persaingan sektarian dan ideologi ISIS ekstremis masih ada. Bahkan ketika ISIS dikalahkan oleh kekuatan militer, tidak semuanya terbunuh. Banyak dari mereka yang mencukur jenggot dan menjadi warga sipil menunggu kesempatan untuk bergabung dengan ISIS,” jelasnya.
Cara kelompok tersebut juga dikatakan telah bergeser dari mengendalikan kota dan wilayah yang luas, menjadi memerangi pemberontakan dari tempat persembunyian terpencil. Karena hal ini, Barzani yakin ISIS ingin kembali ke kekuatan sebelumnya.
“ISIS akan kembali dengan kesungguhan, mereka bertekad untuk kembali dengan kuat. Tapi mungkin sulit bagi mereka untuk mendapatkan kembali status mereka sebelumnya ketika mereka memiliki ISIS dengan Mosul sebagai ibukotanya,”tuturnya.
“Ini pasti akan sulit untuk dicapai, tetapi mereka akan kembali menimbulkan keresahan dan ketidakstabilan dan menyebabkan masalah bagi aparat keamanan, pasukan militer, dan seluruh pasukan Peshmerga,”tambahnya.
Peshmerga telah mengambil alih wilayah multi-etnis Kirkuk pada 2014, setelah tentara Irak runtuh saat menghadapi ISIS, mencegah para militan mengendalikan ladang minyaknya.
Jenderal Kurdi menuding pasukan keamanan Irak terkait kebocoran informasi yang mungkin telah memperingatkan ISIS untuk mengantisipasi manuver militer terhadap mereka sebelumnya.
“Apakah mereka tentara Irak atau pejuang ISIS, mereka berdua adalah orang Irak yang merupakan bagian dari tanah ini dan klan ini. Jadi, Anda dapat memahami bagaimana informasi bocor,”tuturnya.
Para milisi ini disebutnya masih didorong ideologi radikal mereka meskipun telah menderita kerugian yang signifikan dalam hal penguasaan atas wilayah dan benteng militer. “Mereka masih mendapatkan dana internal dan eksternal untuk ideologi itu. Ideologi ini belum selesai. Itu masih ada di Irak,” ungkapnya