Kabul – Afghanistan diprediksi akan kembali menjadi sarang terorisme internasional. Pernyataan itu disampaikan oleh mantan komandan militer senior Inggris, Jenderal Sir Richard Barrons, saat menanggapi keputusan AS untuk menarik pasukan di Afghanistan.
Barrons melabeli keputusan itu sebagai kesalahan strategi. Apalagi kini Taliban kian memperluas wilayah teritorialnya. Ia juga memperingatkan bahwa keputusan tersebut bisa berdampak luas, salah satunya memicu serangan teroris baru di Eropa.
“Saya tidak percaya itu demi kepentingan bersama. Ketika membuat keputusan untuk menarik diri, menurut saya, itu seperti menjual masa depan Afghanistan ke tempat yang sangat sulit. Kami juga telah mengirim pesan atas hal ini ke sekutu barat di Teluk, Afrika dan Asia,” kata Barrons , dikutip The Guardian, Senin (9/8).
Mantan kepala komando pasukan gabungan Inggris tersebut berbicara, ketika tiga ibu kota regional di Afghanistan jatuh ke tangan Taliban. Kawasan Kunduz, sebuah kota strategis yang dekat dengan perbatasan Tajikistan sekaligus pusat militer yang penting, termasuk pada deretan wilayah yang berhasil dikuasai Taliban.
Barrons mengatakan bahwa penarikan pasukan mencerminkan ketidakberdayaan melihat kenyataan tersebut. Karenanya, alih-alih memastikan bahwa krisis kemanusiaan dan politik tidak terjadi, malah memutuskan menarik diri dari Afghanistan.
“Keputusan ini berpotensi menghidupkan kembali entitas teroris di Afghanistan, yang bisa membawa bencana di Eropa dan di tempat lain. Jadi saya pikir ini adalah strategi yang sangat buruk,” tambah Barrons.
Sementara itu, seorang veteran militer, Ellwood, mendesak agar pemerintah Afghanistan diberikan bantuan pasukan militer setidaknya 5.000 personel pasukan yang terdiri dari pasukan darat, udara hingga intelijen.
Juru bicara pemerintah Inggris juga menyadari bahwa situasi keamanan di Afghanistan sangatlah serius, dan laporan tentang meningkatnya kekerasan sangat mengganggu.
“Kami tidak percaya ada solusi militer untuk konflik Afghanistan, dan menyerukan Taliban untuk mengakhiri kampanye kekerasan mereka dan terlibat dalam dialog yang berarti dengan pemerintah Afghanistan,” kata juru bicara tersebut.