Jelang Perayaan Kemerdekaan, Polri Deteksi Pergerakan Teroris

Jakarta – Kepala Divisi Humas (Kadivhumas) Mabes Polri, Irjen Setyo Wasisto mengatakan, menjelang Perayaan Hari Kemerdekaan pada 17 Agustus mendatang, Polri berupaya mendeteksi dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya aksi teror. Indikasi adanya pergerakan kelompok teror tidak bisa dianggap remeh.

Dikatakan, kewaspadaan anggota Polri dan masyarakat harus terus ditingkatkan. Berulang kali terdapat ancaman aksi teror melalui berbagai media, seperti video Abu Jandal al Yemeni Al Indonesia. Video kelompok Abu Sayyaf yang menginstruksikan aksi menggunakan peralatan sehari-hari hingga selebaran-selebaran di Serang, Banten.

Irjen Setyo Wasisto menuturkan, sudah beberapa kali muncul video ancaman aksi teror di media sosial (medsos). Aksi teror diinstruksikan dengan berbagai cara dan menggunakan peralatan sehari-hari. “Menyerang pakai bom, kalau tidak punya senjata api. Bisa memakai pisau dan tabrakan kendaraan,” katanya kepada wartawan, Kamis (10/8/2017).

Polri telah memiliki sejumlah alat yang digunakan mengantisipasi ancaman teror semacam itu. misalnya, untuk aksi teror menabrakkan kendaraan, telah ada alat penghambat yang disiapkan. Jadi jika ada kendaraan yang nyelonong ke markas Polri atau tempat-tempat strategis lainnya bisa dihambat.

Apalagi, saat ini menjelang perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Dalam artian, terdapat kegiatan masyarakat yang melibatkan banyak orang. Pengamanan lebih tentu diperlukan. “Terorisme itu ancaman global yang nyata di depan mata kita, harus waspada,” paparnya.

Saat ini sedang dilakukan pendataan terkait kegiatan masyarakat untuk perayaan hari kemerdekaan. Lokasinya ini untuk menentukan jumlah personil yang disiapkan. Ada prosedur tetap (protap) yang harus dijalankan. Apakah ada indikasi aksi teror pada 17 Agustus?

Setyo Wasisto mengatakan, dalam monitor yang dilakukan Polri diketahui ada pergerakan-pergerakan. Namun, yang perlu kewaspadaan ekstra adalah leaderless terrorism. “Karena teroris langsung jalan tanpa ada perintah-perintah. Ini kita harus waspada,” ungkapnya.

Informasi sekecil apa pun terkait teror tidak bisa dianggap enteng. Perlu untuk dilakukan assessment atau penilaian terhadap informasi tersebut. Sehingga, bisa diputuskan langkah terbaik untuk meresponsnya. Benar dan tidaknya informasi itu harus dipastikan, lalu langkah apa yang diambil dengan kepastian itu.

Dia meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir, namun tetap perlu untuk waspada agar bisa mengantisipasi kondisi apa pun. “Jangan panik, tetap tenang tapi menjaga kewaspadaan,” pungkasnya.