Jelang Pemilu, Ketum Muhammadiyah: Isu Radikalisme dan Intoleransi Begitu Seksi

Jember – Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, umat Islam saat ini dihadapkan pada situasi politik yang membuat terpecah. Ada kesadaran politik pada umat dan bangsa Indonesia tentang hak dan demokrasi. Namun pada saat yang sama mereka seperti rumput kering yang mudah terbakar dalam hal persatuan.

Hal itu dikatakan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, dalam peresmian Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (11/3/2023). Menurut Haedar, Bhinneka tunggal ika dan Pancasila saat ini lebih menjadi retorika.

“Isu radikalisme dan intoleransi begitu seksi untuk dijadikan isu para tokoh agama. Realitas kehidupan kita di luar itu, seperti gunung es, tidak terjangkau oleh kita,” kata Haedar.

Ia mengatakah, Muhammadiyah ingin umat Islam dan bangsa Indonesia tak berhenti pada isu-isu tersebut.

“Jangan-jangan isu itu memecah belah kita juga. Akhirnya umat dipecah belah: ini radikal, ini tidak radikal; ini toleran, ini tidak toleran,” kata Haedar.

Haedar menegaskan, Islam hadir unruk membangun peradaban dunia, bersambung dengan akhirat. “Peradaban itu harus di atas peradaban yang lain. Peradaban itu harus mencerahkan dan mencerdaskan peradaban yang lain,” katanya.

 “Tidak cukup Islam damai, tidak cukup Islam toleran, tapi Islam tertinggal, yang lain maju. Muhammadiyah ingin Islam harus selalu hadir pada setiap keperluan zaman, keperluan masyarakat,” kata Haedar.

“Muhammadiyah bukan sekadar al harakah addiniyah semata-mata. Gerakan keagamaan semata-mata. Tapi juga gerakan yang membangun kehidupan atas nama diniyah (agama) itu. Maka aspek ibadah, akidah, akhlak, dan muammalah duniawiyah dalam pandangan Muhammadiyah adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan,” kata Haedar.