Bandung – Di era yang sudah serba digital melalui dunia maya dan banyaknya platform media sosial (medsos) saat ini, tentunya generasi muda diminta untuk lebih cermat, bijak dan waspada dalam menggunakan medsos. Hal ini seiring dengan banyaknya penyebaran konten ujaran kebencian yang dapat menyebabkan permusuhan dan bahkan menjurus ke paham radikalisme dan terorisme.
Hal tersebut dikatakan Kasubdit Kontra Propaganda Badan Nasional Pennanggulangan Terorisme (BNPT), Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono, SH, M. Krim., saat menjadi narasumber pada acara “Penguatan Bela Negara Bagi Generasi Muda TA 2024” yang digelar oleh Staf Teritorial Markas Besar Angkatan Darad (Sterad).
Acara yang diikuti sekitar 300 pelajar putra perwakilan dari SMA yang ada wilayah Bandung Raya ini digelar di Depo Pendidikan dan Kejuruan, Resimen Induk Komando Daerah Militer (Dodikjur Rindam) III/ Siliwangi, Bandung, Sabtu (22/6/2024).
“Karena media sosial ini adalah tempat yang rentan bagi generasi muda . Karena kelompok teroris ataupun kelompok yang suka mengadu domba untuk membuat kegaduhan di negeri ini melakukan melakukan gerakannya melalui media sosial. Demikian pula kelompok radikal terorisme dalam merekrut anggotanya juga melalui media sosial,” ujar Kasubdit KP BNPT, Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono.
Lebih lanjut Kasubdit KP menjelaskan, apalagi kedepannya para generasi muda bangsa ini ingin melanjutkan cita citanya untuk menjadi anggota TNI, Polri dan ASN, tentunya harus mewaspadai dan bijaksana dalam menggunakan medsos ini.
“Karena intitusi TNI, Polri dan ASN dalam melakukan proses perekrutan anggota dan pegawainya tentunya menggunakan seleksi yang sangat ketat, termasuk melakukan profiling atau melihat akun pribadi dari media sosial yang dimiliki adik-adik sebagai pelamar,” ujarnya mengingatkan.
Oleh karena itu alumni Akmil tahun 1996 ini berpesan kepada para generasi muda yang hadir dalam pemgbekalan tersebut untuk tidak memberikan tanda ‘like/suka’ atau dukungan terhadap postingan-postingan yang mengarah kepada ajakan membenci terhadap pemerintah yang sah, melakukan ujaran kebencian, ajakan sikap intoleran ataupun ajakan-ajakan terhadap tindakan kekerasan.
“Karena jejak digital adik-adik itu tentunya tidak akan terhapus. Jadi kalau kalian pernah memberikan tanda jempol ataupun dukungan kepada ajakan ujaran kebencian, membenci pemerintah melalui media sosial lalu beberapa tahun kemudian adik adik mencoba melamar menjadi anggota TNI, Polri dan ASN jejak digital kalian akan kelihatan dan tentunya nama kalian langsung dapat dicoret. Untuk itu para siswa harus mewaspadai dalam menggunakan media sosial,” ujarnya mengingatkan.
Lebih lanjut mantan Kasi Penggalangan BNPT ini menjelaskan, dalam hal masalah radikalisme dan terorisme para siswa juga harus mewaspadai kelompok radikal intoleran seperti HTI, FPI dan Ikhwanul Muslimin serta kelompok Radikal terorisme seperti Jamaah Islamiyah, Jamaad Ansharut Daulah, Jamaah Ansharut Tauhid, Mujahidin Indonesia Timur dan Barat.
“Pola Propaganda yang mereka lakukan yakni ajaran sikap anti Pancasila (pro ideologi transnasional); ajaran paham takfiri (siapapun yang beda agama, ideologi, kelompok, dianggap kafir); Ajaran sikap eksklusif terhadap lingkungan atau perubahan; ajaran intoleransi terhadap keragaman dan pluralitas,” ucapnya.
Mantan Wakapaldam Kodam XVI/Pattimura ini juga mengatakan, para siswa yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini juga harus dapat membedakan antara ideologi Pancasila yang dimiliki bangsa Indonesia ini dengan ideologi yang lain.
“Ideologi yang ada di dunia itu ada banyak, tetapi ideologi yang asli dari Indonesia adalah Pancasila. Pancasila ini dirumuskan oleh para faunding father bangsa ini. Sedangkan ideologi yang anti Pancasila juga banyak, contohnya yaitu ideologi terorisme, ektrim kiri dan ekstrim kanan, separatisme seperti yang digaungkan KKB dan OPM di Papua, Neo-Liberalisme, Konsep Daulah, Khilafah, Paham Komunisme dan lain sebagainya,” ujarnya.
Menurutnya seseorang menjadi terorisme itu tidak datang secara tiba tiba.. Tetapi bermula dari sikap Intoleran yakni Orientis Negatif atau Penolakan Seseorang Terhadap Hak-hak Politik Dan Sosial Dari Kelompok Yang Ia Tidak Setujui. Kemudian naik menjadi Radikalisme. Dimana Suatu Ideologi (Ide Atau Gagasan) Dan Paham Yang Ingin Melakukan Perubahan Pada Sistem Sosial Dan Politik Dengan Menggunakan Cara-cara Kekerasan/Ekstrim dan mereka menyuburkan Sikap Intoleran, Anti Pancasila, Anti NKRI, Penyebaran Paham Takfiri dan menyebabkan Disintegrasi Bangsa.
“Setelah itu baru naik menjurus menjadi Teroris, dimana mereka melakukan perbuatan yang menggunakan kekerasan seperti melakukan pengeboman,” tuturnya.
Hal ini yang patut dipahami para siswa karena sasaran rekrutan kelompok radikal teroris ini adalah kalangan Perempuan, anak anak dan remaja. Karena terorisme gaya baru saat ini melakukan propagandanya melalui website, medsos serta dilakukan secara rekrutmen terbuka dan pembaiatan lewat media.
“Yang perlu diwaspadai yakni mereka ini kadang Bertaqiyah dimana mereka berpura-pura, seolah olah mengakui Pancasila, NKRI, tetapi sebenarnya mereka punya agenda terselubung untuk mengganti ideologi bangsa ini. Untuk itu kalian semua harus berhati hati,” katanya mengakhiri.
Dalam kesempatan tersebut Kepala Bagian Latihan (Kabaglat) Rindam III/Siliwangi, Kolonel Inf Muhtar, menjelaskan bahwa alasan pihaknya mengundang BNPT untuk memberikan pembekalan ini adalah sebagai upaya penguatan bela negara kepada generasi muda yang ada di sekitar wilayah Bandung
“Tentunya kita menghawatirkan para generasi muda ini mudah sekali terpapar melalui media sosial. Hal itu tentu sangat kita khawatirkan. Sehingga dengan adanya pemberian materi dari BNPT yang telah diberikan secara lugas dan gamblang dapat diterima oleh para peserta dalam pembuatan bela negara,” ujar Kolonel Inf Muhtar.
Dengan adanya pembekalan ini dirinya berharap kepada para generasi muda untuk lebih mencintai tanah air dan bangsanya, serta selalu waspada terhadap segala macam informasi yang mereka dapatkan dari media sosial.
“Kemudian mereka harus bisa betul-betul mengkroscek sumber-sumber yang dia dapat sehingga mereka saat mempelajari harus juga bertanya kepada para pembimbing di sekolah, lingkungan sekitar ataupun kepada kita-kita organisasi yang ada di lingkungan kita ini,” ujarnya mengakhiri