Semarang – Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo menegaskan, Provinsi Jawa Tengah akan tetap menjadi benteng Pancasila dari berbagai upaya yang ingin mengganti ideologi bangsa Indonesia. Dia meminta warga Jateng untuk menjadi garda terdepan untuk melakukan perlawanan pada radikalisme dan terorisme.
Dikatakan, warga Jateng jangan hanya sekadar lantang berbicara dan membubuhkan tanda tangan terkait dengan dukungan terhadap Pancasila. Warga Jateng harus bertanggung jawab pada beban sejarah dan maju bersama untuk melawan radikalisme dan terorisme yang secara diam-diam menggerogoti keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Jawa Tengah harus tetap menjadi benteng Pancasila. Kita harus membuktikan bahwa Jawa Tengah ada pada garda terdepan untuk melakukan perlawanan pada radikalisme dan terorisme. Kita haruis menunjukkan nasionalisme sejati bahwa Jawa Tengah untuk Ibu Pertiwi,” kata Ganjar Pranowo ketika menjadi inspektur upacara pada HUT ke-72 Pemprov Jateng di Semarang, Selasda (15/8/2017).
Pada upacara HUT Pemprov Jateng itu, juga digelar apel deklarasi anti radikalisme dan terorisme di lapangan Pancasila, Semarang. Deklarasi itu disampaikan oleh 13 wakil pemuda dan pelajar yang meliputi unsur mahasiswa, pelajar SLTP, dan SLTA, KNPI, santri pondok pesantren, unsur agama, serta Dimas dan Denok Jawa Tengah.
Ketua MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji MSi mengatakan, apel deklarasi antiradikalisme dan terorisme bertujuan untuk melindungi umat dari pengaruh radikalisme-terorisme. Kemudian mengajak masyarakat untuk berkomitmen menegakkan NKRI sebagai tonggak persatuan dan kesatuan bangsa.
Sebelumnya, MUI Jateng pernah sukses dalam membentengi umat dari merajalelanya penyalahgunaan narkoba lewat kegiatan halaqoh ulama, apel anti narkoba, hingga khotbah jumat secara serentak di 35 ribu masjid. “Kini pola tersebut dijalankan kembali untuk membendung arus radikalisme agama, radikalisme sekuler, dan terorisme,” kata Ahmad Darodji.
Saat halaqoh ulama yang membahas antisipasi penanggulangan radikalisme dan terorisme di Jawa Tengah, diselenggarakan pada 2-3 Agustus 2017, di Solo. “Sejumlah butir rekomendasi dihasilkan dari halaqoh yang diikuti Ketua MUI se-Jateng tersebut. Bahkan, Gubernur Ganjar Pranowo juga berharap, hasil halaqoh dibuat buku dengan diperkuat referensi-referensi pendukung,” pungkasnya.