Jakarta – Masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, disarankan untuk menjauhi budaya dan pengaruh dari dunia luar, serta terus memperkuat pemahaman dan perwujudan ideologi Pancasila demi untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Itu adalah kunci untuk membendung dan melawan masuknya paham radikalisme dan terorisme, yang bertujuan untuk merusak keutuhan NKRI.
“Ini semua adalah pengaruh globalisasi dimana budaya luar bisa masuk tanpa terproteksi dengan baik. Di sisi lain, pemahaman nilai-nilai yang ada di Pancasila seperti sikap kekeluargaan, kegotongroyongan dan sebagainya yang saat ini sudah mulai luntur. Inilah yang harus kita sadarkan kembali ke masyarakat, terutama generasi muda. Kita harus bisa menyaring, bahkan kalau bisa membuang budaya atau ideologi dari barat karena memang itu tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa kita. Lebih penting lagi, kita semua harus bisa memperkuat ideologi Pancasila dalam nafas dan kehidupan sehari-hari,” ujar Anggota Komisi III DPR RI, Sarifuddin Sudding, Kamis (6/8/2015)
Politisi dari Fraksi Hanura ini menilai, bila nilai-nilai luhur dalam ideologi Pancasila itu tertanam kuat dalam sanubari seluruh bangsa, ia yakin berbagai ancaman dan propaganda radikalisme dan terorisme yang ingin merusak persatuan dan kesatuan NKRI akan mental dengan sendirinya.
“Saya kira perlu dilakukan restorasi dalam rangka untuk pengembangan nilai-nilai yang betul-betul ada kebanggaan dan cinta terhadap tanah air. Yang penting bagaimana mengimplematasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam mengajarkan sikap toleransi, sikap kerukunan, cinta damai dan tidak mengedepankan sikap-sikap kekerasan yang mengarah kepada sikap radikalisme,” terang Sarifuddin
Ia mencontohkan ada calon hakim Mahkamah Konstitusi yang tidak hafal Pancasila saat melakukan fit & proper test di Komisi III DPR RI. “Ini sudah sangat keterlaluan dan tidak boleh terjadi pada generasi muda kita di saat ini dan masa mendatang. Karena kalau itu terjadi NKRI pasti terancam. Jadi kita harus bisa menanamkan kembali pemahaman Pancasila di seluruh lapisan masyarakat demi untuk membendung ancaman radikalisme dan terorisme di Indonesia,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut Sarifuddin, upaya-upaya pencegahan dan deradikalisasi yang selama ini dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sangat diperlukan dan harus terus dilakukan. Menurutnya, BNPT sudah memiliki program yang jelas dan sangat paham dengan upaya-upaya pencegahan tersebut.
“Saya kira program BNPT baik pencegahan maupun deradikalisai sangat perlu dilakukan. Namun tentunya harus melihat daerah-daerah yang mempunyai potensi yang ada bibit-bibit munculnya paham radikal tersebut. Dan saya nilai BNPT lebih tahu tentang mana wilayah yang memungkinkan berkembangnya potensi paham radikal tersebut,” kata pria yang juga pernah aktif sebagai pengurus PSSI di Komite Tetap dan Fair Play periode 2007-2011 lalu.