Jakarta- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengajak generasi muda menolak pengaruh maupun ajakan yang bertentangan dengan Pancasila yang disebar orang tidak bertanggung jawab melalui media sosial. Ajakan tersebut dikemukakan staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Hukum Henry Subiakto di Jakarta, Kamis, (18/5/2017).
Dengan berpegang pada Pancasila, semua umat bisa menjalankan ajaran agama apa pun. Sementara jika dipaksakan menjadi negara Islam, negeri yang mulai diperhitungkan dunia internasional ini akan mengalami perpecahan.
Henry mengatakan, Pancasila bukan agama, melainkan persimpangan banyak jalan yang menyatukan banyak agama. “Jangan mau diajak bertentangan dengan Pancasila. Kalau Pancasila diganti tidak ada lagi Indonesia,” ujarnya.
Dikatakan, ajakan menyimpang dari nilai Pancasila melalui media sosial harus diwaspadai karena orang yang menggunakan gawai sebagian besar hanya membaca sekilas dan 80 persen tidak bisa membedakan fakta dan hoax.
Terkait pemblokiran situs dinilai radikal, Kominfo tidak hanya memblokir situs Islam, tetapi beredar berita palsu atau hoax yang bertujuan menimbulkan kebencian. “Pasar terbesar di Indonesia itu muslim, jadi kalau menyangkut muslim jadi laris (pembaca berita hoax). Jadi jangan mudah terprovokasi pada informasi palsu,” ucap Henry.
Informasi palsu memiliki dampak yang sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perpecahan, pengelompokan, dan radikalisme. Untuk itu, ia mengajak generasi muda yang lebih banyak menghabiskan waktunya di media sosial berpikir lebih cerdas dan bijak dalam memanfaatkan media sosial.
“Kalau radio adalah perpanjangan telinga, televisi adalah perpanjangan mata, sekarang gawai adalah perpanjangan hidup kita, berhati-hatilah,” katanya.