Jakarta – Masyarakat Indonesia diingatkan tidak keliru menafsirkan makna hijrah. Sedikit pun jangan memberikan tempat pada aksi-aksi terorisme. Sangat keliru jika teror dengan kekerasan disebut jihad.
“Karena sejatinya tidak ada jihad dengan cara-cara teror semacam itu. Kita harus mengajak ke jalan kebaikan. Tidak dengan teror, dengan kekerasan,” tutur Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi DKI, Ahmad Syafii Mufid, seperti dilansir Merdeka.com, Minggu (16/9).
“Kita niatkan bagaimana kita menjadi negara yang maju. Jangan ada lagi di negara kita ini kemiskinan, narkoba, terorisme dan sebagainya,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ketua Komisi Litbang Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan hijrah sebagai upaya sungguh-sungguh untuk membangun negara damai, rukun, saling mengenal, memahami, dan tolong menolong. Hal itu penting agar tidak ada lagi sebagian masyarakat Indonesia yang disakiti.
“Itulah yang digagas, dipikirkan, diperjuangkan dan dibela mati-matian oleh rakyat Indonesia dengan konsep hijrah, jihad dan niat sejak jaman sebelum kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan hingga saat ini,” ujar Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi DKI, Ahmad Syafii Mufid.
Menjelang Pemilihan Presiden 2019 mendatang, dirinya mengajak kepada seluruh komponen masyarakat untuk menjaga perdamaian. Perbedaan pilihan adalah hal biasa. Jangan sampai karena berbeda justru saling mencerca.
“Marilah kita semua menyebarkan kebaikan, berargumenlah dengan baik, jangan dengan model hoaks,” tandasnya.