Jakarta – Tim Konsulat Jenderal Indonesia (KJRI) Davao, Filipina mengabarkan bahwa Minhati Madrais, istri pimpinan teroris Filipina Omarkhayam Maute dalam keadaan sehat. Tidak hanya itu, wanita asal Babelan, Bekasi itu bersama keenam anaknya memperoleh perlakukan baik oleh Kepolisian Ilihan City.
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia pada Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, Selasa (7/11/2017) mengaku telah mendapat akses pemerintah Filipina untuk menemuinya. Hingga saat ini, kepolisian setempat masih menunggu arahan dari Manila terkait penanganan Minhati dan anak-anaknya, termasuk tempat proses hukumnya.
Dikatakan, pertemuan tim KJRI Davao, Filipina dengan Minhati Madrais hanya sebatas kekonsuleran, khususnya karena ada enam anak di bawah umur. Sementara terkait dengan peran Minhati dalam dugaan terorisme di Marawi akan dibicarakan dengan Kepolisian Filipina.
“Kami akan berkomunikasi dengan penegak hukum apakah ada tindakan pidana yang akan dikenakan pada Minhati di Indonesia. Kalau ada dan memang sudah ada putusan pengadilan, maka peluang ekstradisi ada. Tetapi jika tidak maka akan diproses hukum oleh Filipina,” kata Lalu Muhammad Iqbal.
Mengingat paspor Minhati sudah habis berlaku sejak Januari 2017, Kemlu masih menelusuri status kewarganegaraan karena suaminya warga negara Filipina. “Kalau dia nantinya terkonfirmasi WNI, maka kami akan tetap memberikan bantuan kekonsuleran,” lanjutnya.
Selain tim dari KJRI Davao, kabarnya hanggota Detasemen 88 Antiteror Polri akan terbang ke Filipina untuk menemui Minhati dan berkoordinasi dengan Kepolisian Filipina. Penangkapan Minhati oleh petugas gabungan Kepolisian Filipina diterima oleh Polri pada Minggu (5/11/2017).
Perempuan kelahiran Bekasi pada 9 Juni 1981 berpaspor A 2093379 itu diduga tiba di Manila pada 2015 dengan masa berlaku visa diperpanjang hingga 30 Januari 2017. Suami Minhati, Omarkhayam Maute, telah tewas saat operasi militer Filipina di Marawi.
Omarkhayam Maute bertemu dengan Minhati Madrais pada 2008 saat keduanya berstatus sebagai mahasiswa Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Setelah menikah, keduanya sempat bermukim di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi selama dua tahun sejak 2010. Madrais diketahui merupakan putri pimpinan pondok pesantren Darul Amal di Babelan, KH Madrais Hajar.
Oleh mertuanya, Omarkhayam kemudian diminta menjadi guru di pondok pesantren Darul Amal namun selang dua tahun kemudian, Omarkhayam mengajak istrinya ke Filipina. Omarkhayam merupakan satu dari Maute bersaudara yang memimpin satu kelompok militan yang menyatakan kesetiaan kepada kelompok teroris ISIS.