Surakarta – Islam rahmatan lil ‘alamin sesungguhnya tidak lain adalah Islam yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia yang mana Islam mewajibkan umatnya untuk menghargai sesama manusia dan kemanusiaannya.
Hal ini diungkapkan Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr. Fatah Santoso, dalam paparannya bertema “Nilai-nilai Islam sebagai Rahmatan Lil `Alamin” pada acara Workshop Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kalangan Guru Sekolah Menengah di Surakarta yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Magister Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (MIP UMY) dan Program Doktor Pendidikan UMS di Hotel Aston, Surakarta, Rabu (18/7/2018).
“Maka dari itulah Rahmatan Lil Alamin ini sebagai tujuan agama Islam ini diturunkan. Karena Islam ini diturunkan oleh Allah untuk menyebar Rahmatan Lil Alamin ke sesama manusia,” ujar Dr. Fatah Santoso,.
Menurut Dr. Fatah Santoso, dalam konteks sosial penebaran rahmat oleh Allah dapat dilihat perkembangan masyarakat yang berubah sejak abad ke18, yaitu masyarakat Pra Modern sampai dengan Masyarakat Modern.
“Pada saat ini masyarakat modern muncul karena perkembangan revolusi industri yang terjadi di benua Eropa. Lalu kemudian dalam era industri ini diklasifikasikan menjadi empat generasi yang ada yaitu generasi Baby Boomers (1946-1960), generasi X (1961-1980), generasi Y (1981-2000), Generasi Z (2000-sekarang),” ujarnya.
Lalu kemudian setelah itu menurutnya muncul beragam manifestasi terhadap Islam itu sendiri yakni Islam secara Normatif, Islam secara Historis dan Islam secara Peradaban. “Islam Normatif sendiri yakni Islam yang terdapat di dalam Al-Qur’an (yang menjadi dasar dan titik tolak aga-ma) dan Hadis Nabi yang menjelaskan ajaran-ajaran keagamaan dan moral,” ujarnya.
Lalu Islam secara Historis yakni tradisi yang berkembang dalam umat Islam, terutama setelah Nabi wafat, hasil dari pergumulan mereka dalam seja-rah.—apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan orang Islam atas nama agama.
“Dan manifestasi teralhir yakni Islam secara Peradaban yang mana Islam ini merupakan bagian dari Islam historis dengan fokus pada karya-karya yang dihasilkan Muslim dan non-Muslim di dunia Islam), yang merupakan hasil menerjemahkan nilai-nilai Islam dalam kebudayaan,” ujarnya menjelaskan.
Nilai dasar terkait obyek itu yakni untuk mewujudkan rahmat atau kebaikan nyata, yang mana konsep dasar dari islam itu sendiri adalah islam untuk Manusia makna kedua penebaran rahmat berpusat pada Allah sekaligus manusia, dan keberpusatan kepada Allah berarti rahmat ditebarkan dengan berbasis kepercayaan kepada kehendak Allah yang maha Rahman dan maha Rahim.
“Konsep dasar pertama adalah Islam merupakan agama dari Tuhan untuk manusia. Maka makna konsep dasar dari Rahmatan Lil Alamin ini yakni penebaran rahmat berpusat pada Allah sekaligus pada manusia (teo-antropo-sentris) secara proporsional. Keberpusatan kepada Allah berarti rahmat ditebarkan dengan berbasis kepercayaan kepada kehendak Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim yang diungkapkan dalam ayat-ayat qauliyyah (Al-Qur’an), kauniyyah (alam), dan tarikhiyyah (sejarah) (Q.S. Fushshilat/41: 53),” ujarnya
Sedangkan keberpusatan kepada manusia berarti rahmat ditebarkan dengan berbasis kemampuan manusia yang diberi amanah kemerdekaan oleh Allah (Q.S. Al-Ahzab/33: 72). Dan keberpusatan secara proporsional menjadikan penebaran rahmat yang secara teologi sesuai dengan keimanan kepada Allah, secara metode sesuai dengan pengalaman manusia, dan secara tujuan berpihak pada nasib manusia (Ilyas, 2015: 15).
“Konsep Dasar Penebaran rahmat dilaksanakan dengan membangun kultur agama etis, agama yang memuliakan Allah sekaligus memuliakan manusia; kultur ilmu profetik, ilmu yang meninggikan derajat semua bidang kehidupan dan meningkat-kan spiritualitas manusia dan kultur sosial humanis, sistem sosial yang egaliter dengan struktur sosial yang majemuk, beridentitas masyarakat pilihan yang berkepribadian unggul,” ujarnya Fatah menjelaskan
Nilaui dasar terkait dari tujuan tersebut menurutnya yakni Hayah Thayyibah yang mana hidup yang baik sebagai buah dari amal saleh (nilai-nilai dasar metode) berbasis keimanan kepada Allah, sumber rahmat (nilai-nilai dasar objek) menjadi tujuan penebaran rahmat (Q.S. Al-Nahl/16: 97), dengan ciri-ciri:
Sejahtera (lahum ajruhum `inda Rabbihim), Damai (wa la khaufun `alaihim), dan Bahagia (wa la hum yahzanun) (Q.S. Al-Baqarah/ 2: 62
“Sehingga penebaran rahmat ini bertujuan mewujudkan hidup yang baik dengan tiga cirinya, sejahtera, damai dan bahagia. Sehingga disimpulkan Rahmatan lil `Alamin ini sebagai Islam hadir untuk melindungi menjaga memelihara harkat derajat martabat manusia,” ujarnya Fatah Santoso mengakhiri..