Canberra – Kematian yang disebabkan oleh serangan teroris di seluruh dunia menunjukkan penurunan secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Namun, dengan tumbangnya kelompok teroris terbesar di dunia ISIS, kelompok Taliban kembali menduduki peringkat teratas sebagai organisasi non-negara paling mematikan di dunia.
ISIS selama empat tahun selalu menduduki puncak Global Terorism Index yang setiap tahunnya disusun oleh Institute for Economics and Peace (IEP) yang berpusat di Australia. Namun, ketika laporan 2019 dirilis pada hari Rabu lalu, Taliban kembali menduduki daftar teratas. Sementara laporan itu menganalisis serangan dan kematian pada 2018 dan ISIS tidak hancur total hingga awal 2019, kelompok itu sejauh ini jatuh dari posisi teratas.
Laporan itu menganalisis 163 negara, menemukan bahwa Afghanistan adalah negara yang paling terkena dampak terorisme tahun lalu. Negara ini digantikan Irak, yang telah memegang posisi itu sejak 2004. ISIS dinyatakan benar-benar dikalahkan di negara Mesopotamia itu pada akhir 2017, ditumbangkan oleh aliansi milisi Irak, pasukan elit Iran dan serangan udara Amerika Serikat (AS).
Di seluruh dunia, 15.952 orang meninggal karena serangan teroris pada tahun 2018 atau setengah dari total empat tahun lalu. Meski begitu, cakupannya juga lebih luas dari sebelumnya, dengan setidaknya satu kematian terkait terorisme terjadi di 71 negara.
Namun, 46% dari kematian itu terjadi di Afghanistan saja, yang menyebabkan 7.379 kematian dari 1.443 serangan, menurut laporan itu. Taliban dinilai bertanggung jawab atas 83% dari serangan itu, termasuk sembilan dari 10 serangan paling mematikan di seluruh dunia tahun itu.
Kematian dari serangan ISIS, dengan perbandingan, 85% lebih rendah dari angka tertinggi mereka pada tahun 2016. Tahun lalu, mereka membunuh 1.328 orang, meskipun IEP tidak mencatat kelompok simpatisan mereka di Afghanistan yaitu Negara Islam Khorasan (IS-K), sebagai organisasi yang sama. IS-K sendiri menewaskan 1.060 orang tahun lalu, hampir semuanya di Afghanistan.
“Intensitas terorisme turun drastis,” ujar pendiri IEP, Stephen Killelea, kepada Business Insider.
“Sekarang kita memiliki peningkatan luasnya terorisme…itu masih sangat nyata, masih menjadi masalah besar secara global,” lanjutnya, seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (22/11/2019).
Taliban naik ke puncak politik setelah runtuhnya otoritas pusat di tahun-tahun terakhir Republik Rakyat Afghanistan, yang membantu untuk dihancurkan setelah penarikan Tentara Merah Soviet pada 1988-9. Taliban dan kelompok gerilyawan Mujahidin lainnya yang memerangi pasukan komunis menerima dukungan luas dari Amerika Serikat (AS) dan Pakistan, yang mengumpulkan kekuatan sampai Taliban menggulingkan pemerintah Afghanistan di Kabul dan mendirikan Imarah Islam pada tahun 1996.
Dukungan Taliban untuk al-Qaeda, sebuah organisasi teroris yang dikelola oleh mantan pejuang Mujahiddin yang merencanakan serangan terhadap negara-negara Barat dan diizinkan untuk mengoperasikan kamp pelatihan di Afghanistan.