ISIS Terjepit di Suriah, Simpatisan Diperintahkan Gencar Menebar Teror

Jakarta – Para simpatisan ISIS mengintensifkan teror lantaran posisi ISIS makin terjepit di Suriah. Serangan tersebut merupakan perintah pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi yang diteruskan Bahrun Naim (petinggi ISIS asal Indonesia) kepada para simpatisan ISIS di Tanah Air.

Hal itu dikemukakan pengamat teroris dari Universitas Indonesia (UI) Al Chaidar kepada Damailahindonesiaku.com, Senin (10/7/2016). Dikatakan, menyusul kekalahan ISIS di Suriah, Abu Bakar al-Baghdadi menginstrusikan kepada para pengikutnya supaya melakukan serangan teror di mana saja berada dengan peralatan apa adanya. Misalnya menyerang dengan menggunakan pisau hingga pembomam sebagaimana terjadi di berbagai tempat di Indonesia belakangan ini.

Untungnya, kata Al Chaidar, Polri sudah sangat siap mengantisipasi serangan demi serangan. “Polri sangat siap, cerdik, dan maksimal untuk menganstisipasi keadaan. Polisi kita juga memiliki kharisma, tidak seperti polisi di negara lain, sehingga menyulitkan pelaku teror dalam melakukan aksinya. Namun, Polri sebaiknya harus lebih islami lagi menciptakan persepsi untuk membuat dispersepsi teroris menjadi gamang untuk melakukan aksinya,” katanya.

Hal yang sama diungkapkan peneliti terorisme Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib. Menurutnya, pasukan ISIS belakangan kian terdesak oleh pasukan koalisi dan tentara Suriah, sehingga ISIS kembali ke fatwa lama. Yakni, anggota diperintahkan melakukan serangan di negara masing-masing dengan menggunakan peralatan yang dimiliki.

“Ini yang terjadi sekarang, bisa menggunakan pisau bisa menggunakan bom walaupun ala kadarnya. Setiap anggota bisa melakukannya ‘lone wolf’,” katanya.

Diakui, penyerangan bisa dilakukan oleh simpatisan ISIS dengan mempelajari serangan melalui internet. Hal ini merupakan strategi ‘franchising the teror’ yang dimiliki kelompok teroris internasional tersebut. Walau demikian, katanya, sebagian pihak yang mendapat materi serangan dari telegram chanel milik ISIS sudah diamankan pihak berwajib.

Ridlwan juga mengatakan, bila melihat pola yang dilakukan ISIS dalam aksisnya belakangan ini, pendekatan intelijen dengan menyusup ke dalam organisasi berpura-pura menjadi anggota, tidak ampuh lagi menangkal serangan ISIS.