Damaskus – Kelompok teroris ISIS telah meluncurkan serangan balasan untuk mengusir pasukan yang didukung oleh Amerika Serikat.
Serangan itu dilakukan demi memukul mundur pasukan koalisi AS yang terus melancarkan operasi untuk merebut provinsi Deir Ezzor, di timur Suriah, Rabu (10/10). Ini adalah salah satu zona yang masih dihuni ISIS di Suriah, selain Idlib yang ada di barat.
Kelompok pemantau Obeservatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan para pejuang ISIS berhasil menyandera puluhan personel pemberontak Syrian Democratic Forces (SDF) dalam serangan itu.
“Pada hari Rabu (10/10), ISIS meluncurkan serangan balik terhadap SDF di sekitar Hajin dan kota-kota di sekitarnya.
“Bentrokan kemudian pecah dan masih berlangsung,” ucap kepala obeservatorium tersebut, Rami Abdel Rahman, seperti dikutip AFP, Kamis (11/10).
SDF, aliansi kurdi dan Arab, memang telah melancarkan operasi selama sebulan terakhir untuk mengusir ISIS dari sebuah daerah di provinsi Deir Ezzor, termasuk kota terpencil Hajin. Operasi tersebut turut didukung serangan udara koalisi militer AS.
Rahman mengatakan sejauh ini ISIS telah membunuh 10 pejuang SDF dan menyandera 35 lainnya.
Obeservatorium menilai, ISIS memanfaatkan faktor cuaca seperti badai pasir untuk melakukan serangannya terhadap SDF. Sebab, badai pasir membuat pesawat militer AS tak mampu beroperasi membantu meluncurkan serangan balasan.
Meski begitu, SDF membantah bahwa ada pasukannya yang diculik saat serangan terjadi.
“Tidak ada pejuang SDF yang ditangkap ISIS di Deir Ezor. Informasi tersebut tidak benar,” ucap pejabat media SDF Mustefa Bali.
Sementara itu, ISIS menggambarkan serangan pada Rabu tersebut sebagai serangan “yang dilakukan para pejuang kekhalifahannya terhadap SDF.” Pernyataan itu diutarakan ISIS melalui media sosial propagandanya.
Berdasarkan data observatorium, selama sebulan terakhir pertempuran di Hajin telah menewaskan setidaknya 139 pejuang SDF dan 267 militan ISIS.
SDF telah berhasil mengusir ISIS dari sejumlah daerah di utara dan timur Suriah, termasuk Raqqa, ibu kota de facto kelompok pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi itu.
Terbentuk pada 2015 lalu, SDF dipelopori oleh Unit Perlindungan Rakyat (YPG), sebuah gerakan bersenjata Kurdi yang kuat. Ratusan pejuang dari negara asing banyak yang bergabung dengan YPG untuk memberangus ISIS.