ISIS Sebarkan Jutaan Dolar Ke Berbagai Negara

Jakarta – Kelompok teroris ISIS memang telah luluh lantak di negara asal mereka, Irak dan Suriah. Namun cerita tentang ISIS ternyata masih terus mengalir, terutama masih tersebarnya para anggota ISIS di berbagai negara, serta strategi mereka menyebarkan uang jutaan dolar ke berbagai negara.

Pada Juli 2017 lalu, Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkapkan telah mendeteksi aliran dana ISIS ke Indonesia. Februari 2018 ini, mereka dilaporkan telah menyalurkan jutaan dolar atau belasan miliar rupiah ke luar negeri.

ISIS dilaporkan menyimpan uang itu di seluruh penjuru kawasan. Kelompok itu disebut berinvestasi pada sejumlah perusahaan di Irak, membeli emas di Turki dan terus menyalurkan dana pada kelompok-kelompok afiliasinya.

“Anda tak akan percaya jumlah uang yang telah disalurkan ke luar wilayah ISIS,” kata seorang mantan penjual senjata yang terlibat dalam penyaluran dana, dikutip The Economist via cnnindonesia.com.

Seorang anggota dewan legislasi Irak memperkirakan ISIS telah menyelundupkan $400 juta dolar keluar Irak dan Suriah saat mundur dari medan pertempuran.

Pada Maret tahun lalu, kelompok itu menerapkan penggunaan mata uang sendiri di timur Suriah. Mereka kemudian meneruskannya ke penjual mata uang dan penyalur dana.

Penjual mata uang di kota-kota perbatasan Turki menyebut ISIS telah menyalurkan sejumlah besar uang dari kekhalifahannya sejak awal tahun lalu. Uang itu dialirkan melalui sistem hawala, jaringan informal yang murah, cepat dan hampir tak mungkin diregulasi.

Jaringan hawala di Suriah dan Turki telah meluas sejak awal perang Suriah, memungkinkan para pengungsi, penjual senjata, penyelundup minyak dan kelompok pemberontak menyalurkan uang ke dalam dan ke luar negeri.

Banyak uang ISIS berakhir di Turki, kemudian disimpan dan dipersiapkan untuk operasi di masa yang akan datang, diinvestasikan menjadi emas dan digunakan untuk menjalankan sel tidur kelompok teror tersebut.

The Economist menyebut ISIS mempunyai pendapatan domestik bruto atau GDP $6 miliar pada 2015. Sumber pemasukan utama mereka adalah minyak dari ladang yang dikuasai dan uang hasil perampokan dari bank.

Mengutip sejumlah sumber, pada 2015 CNN melaporkan ISIS menghasilkan sekitar $1 juta dan $2 juta setiap hari dari penjualan minyak. Minyak itu didapatkan dari kilang dan sumur yang dikuasai di Irak dan Suriah bagian utara.

ISIS menyelundupkan minyak ke selatan Turki dan menjualnya ke orang-orang yang benar-benar butuh hanya untuk menjalani hidup sehari-hari. Kelompok itu diperkirakan memproduksi 44 ribu barel per hari di Suriah dan 4 ribu barel per hari di Irak.

Selain itu, ISIS juga dilaporkan mendapatkan pemasukan dari tebusan sandera, perampokan barang-barang antik dan artifak, juga pajak yang dipaksakan. Hampir bertepatan dengan laporan PPATK, Juni 2017, CNN melaporkan ISIS mulai menarik diri dari pertempuran dan sumber pemasukannya terus menipis.

Analis dan pakar keamanan di IHS Markit memperkirakan kelompok teror itu anjlok 80 persen dalam waktu dua tahun. Alasannya, kehilangan wilayah membuat mereka tak punya pemasukan dari minyak dan pajak.

ISIS mendapatkan $16 juta per bulan di kuartal kedua 2017, jauh berkurang dari $81 juta di periode yang sama pada 2015, kata IHS Markit yang mengutip dokumen kelompok teror, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sumber dari oposisi Suriah.