Baghouz – Juru bicara kelompok teroris Islamic State (ISIS), Abu Hassan Al Muhajir kembali memperlihatkan eksistensi dirinya setelah hampir enam bulan tidak terdengar apa pun dari kelompok militan tersebut. Pada awal pekan ini, ia mengeluarkan pernyataan resmi melalui sebuah rekaman suara sepanjang 44 menit.
Di dalam rekaman itu, Muhajir nampak memberi ejekan terhadap Amerika Serikat (AS) yang sempat menyatakan ISIS telah ditumpas. Selain itu. ia membahas mengenai penembakan yang terjadi di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.
Dalam rekaman itu, Muhajir menyerukan pembalasan atas penembakan masjid di Christchurch. Ia juga menggambarkan ISIS yakin peristiwa yang terjadi dilakukan oleh seorang ektremis kulit putih.
“Insiden pembantaian di dua masjid ini harus menyadarkan mereka yang telah dibodohi dan harus menggerakkan para pendukung kekhalifahan untuk melakukan pembalasan,” ujar Muhajir, dilansir The New York Times, Kamis (21/3).
Baca juga : Para Pakar Teroris Dunia Nyatakan Pengaruh ISIS Masih Lama Berakhir
ISIS juga percaya insiden penembakan di dua masjid tersebut sebagai bagian dari gerakan melawan kelompok itu. Penembakan itu juga disebut sama seperti pertempuran yang tengah mereka hadapi di Suriah.
“Ini adalah Baghouz di Suriah, di mana umat Islam dibakar hingga tewas dan diserang dengan berbagai senjata pemusnah massal,” Muhajir menambahkan.
Muhajir menjelaskan banyak warga Muslim di kota itu yang tewas akibat serangan pasukan koalisi yang melawan ISIS. Nampaknya, pasukan itu meyakini semua orang di sana adalah anggota ISIS, termasuk perempuan dan anak-anak keluarga mereka.
ISIS telah kehilangan hampir seluruh wilayah yang pernah berada di bawah kendali mereka di Irak dan Suriah. Meski demikian, kelompok militan itu tetap menjadi ancaman yang kuat.
Dalam pernyataan mengejek AS atas klaim kemenangan melawan ISIS, Muhajir mengatakan situasi yang terjadi tak dapat membuat siapa pun mengetahui apa yang dimaksud dengan kemenangan.
Selama ini, sosok Muhajir tidak pernah diketahui secara jelas. Tak pernah ada foto atau gambar yang memperlihatkan seperti apa dirinya. Bahkan, hampir tak ada yang dapat diketahui mengenai biografi pribadinya. Namun, ia jelas memiliki peran penting dalam ISIS.
Muhajir hanya merilis pernyataan melalui rekaman suara sebanyak dua kali pada 2018. Bahkan di akhir tahun itu, tepatnya pada September, ia hanya berbicara selama empat menit. Setelah sekian lama tidak terdengar lagi, desas-desus dirinya telah tewas bermunculan, seperti pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi.
Ketika pasukan anti-ISIS mencari Muhajir dan anggota senior lainnya dari kelompok militan tersebut, mereka diprediksi akan menghindari perangkat telekomunikasi, terutama ponsel dan membatasi kontak dengan kurir dan lainnya.
Karena itu, pertanyaan bagaimana mereka mengetahui insiden di Christchurch bermunculan, seperti apakah mereka bersembunyi di sebuah rumah dan menonton televisi atau ada orang kepercayaan mereka yang melaporkan itu.
Muhajir juga jelas mengetahui apa yang terjadi saat ini, seperti kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Irak pada Desember 2018. Saat itu, Trump yang melihat pasukan negaranya ditempatkan di zona tempur negara itu mengaku sedih.
Trump saat itu juga mengatakan sedih harus mengambil langkah-langkah keamanan yang besar dalam kunjungannya ke Irak. Hal itu karena AS telah menghabiskan 7 triliun dolar untuk menstabilkan Timur Tengah.
“Sangat aneh bagi seorang ‘pemenang’ yang bahkan tidak bisa mengumumkan secara terbuka kunjungan resmi dirinya ke sebuah negara ia klaim telah dibuat damai dan stabil. Ia hanya dapat datang seperti pencuri yang pengecut dan ketakutan,” jelas Muhajir.
Dalam pesan di rekaman terbaru Muhajir, ia menyatakan bahwa Baghdadi sebagai pemimpin ISIS masih hidup. Meski telah beberapa kali dinyatakan tewas, termasuk yang terbaru oleh Rusia dalam serangan udara yang diluncurkan di Suriah.
Muhajir menutup rekaman suara yang ia siarkan dengan mengatakan semoga tuhan menjaga Baghdadi. Ia juga menyampaikan pesan agar mereka yang merupakan bagian dari ISIS atau disebut mengikuti kekhalifahan untuk berhati-hati dengan perangkat komunikasi. Bahkan, meski pekerjaan mereka menjadi terhambat karenanya.