ISIS Mengancam, Aparat Harus Segera Respons Terukur

Jakarta – Ketua DPR Bambang Soesatyo menyatakan kekhawatirannya bahwa kelompok ISIS sedang merencanakan serangan teror ke Indonesia. Dia meminta Polri, TNI dan BIN segera memberi respons terukur terhadap informasi mengenai ancaman sel-sel ISIS yang berniat menyerang pemerintah Indonesia.

Respons terukur terhadap informasi ancaman ISIS itu perlu untuk memininalisir sekaligus mereduksi potensi ancaman.

“Ini penting agar tidak menimbulkan rasa cemas atau kegaduhan di ruang publik. Kondusivitas di dalam negeri harus tetap terjaga, terutama karena Asian Games 2018 masih menyisakan banyak pertandingan,” ujar Bambang, seperti dilansir Tribunnews.com,Minggu (26/8).

Pria yang akrab disapa Bamsoet ini menambahkan, rangkaian informasi mengenai ancaman teroris yang mengemuka sepanjang pekan ketiga Agustus 2018 tidak boleh diabaikan begitu saja.

Pertama adalah kasus penembakan dua anggota Patroli Jalan Raya (PJR) Polda Jabar, Aiptu Dodon Kusdianto dan Aiptu Widi Harjana, oleh tiga orang tak dikenal di Kilometer 223-400 jalur jalan Tol Kanci–Pejagan di Kabupaten Cirebon, Jumat (24/8) malam.

Memang, motif penembakan itu belum diketahui. Namun, kasus penembakan itu hanya selang beberapa hari setelah beredarnya video ancaman ISIS di jagat maya.

Kedua, pada Selasa (21/8), sebuah video berisi ancaman dari Divisi Peretasan ISIS kepada pemerintahan Indonesia yang dipimpin Presiden Joko Widodo, beredar di dunia maya. Mereka menyoroti perlakuan pemerintah Indonesia kepada rekan-rekan mereka. Mulai dari pemenjaraan hingga pemblokiran akun sosial media.

Ketiga, Kamis (23/8), pemerintah Australia memperbarui travel advice untuk warganya yang hendak bepergian ke Indonesia. Alasannya, akan ada serangan teroris di Indonesia. Karena travel advice itu pula, staf konsulat jenderal Australia di Surabaya tidak menghadiri acaranya di Universitas Airlangga.

Setelah itu, dari Washington, AS, dilaporkan pada Jumat (24/8), bahwa otoritas intelijen setempat menetapkan tiga orang dari Asia Tenggara sebagai teroris. Mereka diduga merekrut orang lain bergabung dengan ISIS. Satu dari tiga orang itu berkewarganegaraan Indonesia, berinisial MKYF.