Damaskus – Kelompok ISIS mengklaim bahwa mereka telah “membebaskan” sejumlah perempuan yang ditahan oleh Pasukan Kurdi Suriah.
Melalui pernyataan yang dirilis melalui aplikasi pengiriman pesan Telegram, ISIS mengatakan bahwa mereka telah menyerbu markas keamanan di barat bekas markas mereka di Raqa, pada Rabu (16/10/2019).
Dalam penyerbuan itu, mereka mengklaim telah membebaskan perempuan anggota ISIS yang diculik oleh pasukan Kurdi.
Namun pernyataan itu tidak menyebutkan jumlah maupun keterangan apakah perempuan-perempuan itu adalah anggota atau istri anggota ISIS.
Kekhawatiran akan bangkitnya kelompok teroris ISIS di Suriah muncul secara luas setelah Turki mulai melancarkan operasi militernya terhadap kelompok Kurdi di negara itu.
Pemerintah negara-negara Eropa telah memperingatkan akan peluang kebangkitan kelompok teror itu yang bisa membawa bencana terhadap negara Barat dan wilayah yang sempat dikuasai di Irak dan Suriah.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah Kurdi di Suriah mengatakan, ratusan keluarga anggota ISIS yang ditahan telah berusaha melarikan diri sejak Ankara melancarkan serangan pada 9 Oktober lalu.
Kemudian pada Minggu (13/10/2019), hampir 800 pendukung asing ISIS, termasuk istri dan anak-anak anggota ISIS yang ditahan di kamp pengungsi di Ain Issa telah melarikan diri.
Kabar lainnya menyebut tiga perempuan asal Perancis yang pernah berhubungan dengan ISIS, yang termasuk dalam orang-orang yang meninggalkan kamp pengungsian di bawah Kurdi, telah mengirim pesan ke keluarga mereka dan mengatakan bahwa mereka telah kembali ke tangan kelompok teroris itu.
Menurut pemerintah Kurdi, ada sekitar 12.000 anggota ISIS yang ditahan di penjara-penjara yang diawasi Kurdi di Suriah timur laut. Setidaknya 2.500 dari mereka yang ditahan adalah warga asing yang berasal dari lebih 50 negara.