ISIS Jadikan Afghanistan Wilayah Perang Berikutnya

Moskow – Pakar Dewan Rusia Urusan Internasional, Nikita Mendkovich mengatakan, kekalahan kelompok teror ISIS di Irak dan Suriah bisa menjadikan Afghanistan sebagai medan perang dan benteng berikutnya. Migrasi besar-besar anggota kelompok teror itu terlihat memasuki wilayah Afghanistan pada beberapa bulan terakhir.

Pemerintah Irak pada akhir pekan lalu, mengumumkan bahwa wilayah tersebut terbebas dari ISIS dan perang dengan kelompok itu sudah berakhir. Sebelumnya, Russia General sudahStaff juga sudah mengumumkan bahwa semua unit kelompok teror ISIS di Suriah telah hancur, dan wilayah-wilayah yang mereka kuasai tersebut dibebaskan.

“Anggota kelompok teror ISIS yang selamat telah melarikan diri dari Irak dan Suriah dan menjadikan Afghanistan sebagai benteng baru mereka. Hal itu terjadi karena ketidakstabilan kondisi keamanan di Afghanistan dan tingginya aktivitas teroris membuat melemahnya kondisi keamana pemerintah,” kata Nikita Mendkovich seperti dikutip dari kantor berita Agence France Presse (AFP), Senin (11/12/2017).

Mendkovich mengatakan, mengacu pada perjuangan puluhan tahun tanpa henti melawan Taliban, pasukan pemerintah Afghanistan yang didukung pasukan Amerika Serikat yang berada di wikayah itu sejak 2001, memang tidak akan berhenti. Saat ini, kelompok-kelompok yang berperang di bawah bendera Negara Islam di Afghanistan, termasuk Provinsi Nangarhar dan di beberapa wilayah utara, seperti Kunduz

ISIS telah kehilangan akses terhadap pendapatan minyak yang mendanai operasi mereka di Irak dan Suriah. Di Afghanistan kelompok teror ini akan menemukan sumber dana lain yaitu perdagangan narkoba, ekstraksi ilegal batu berharga, penipuan proyek kemanusiaan yang dibiayai oleh sponsor negara-negara Barat.

AFP melaporkan, ada sekitar 200 pejuang asing, beberapa di antaranya datang dari Suriah dan bergabung dengan kelompok yang berafiliasi dengan IS di provinsi Jowzjan di Afghanistan pada November 2007. Saksi mata mengatakan, kelompo teror yang baru tiba itu digambarkan sebagai orang Perancis dan Aljazair. Mereka melatih pejuang lokal, termasuk bagaimana membom dan menggunakan rompi bunuh diri.

“Ada risiko penarikan unit kelompok teror terpisah ke Libya dan Mesir, di mana ada daerah yang tidak stabil, terutama di Libya, di mana perang sipil sedang berlangsung. Mereka bisa bergabung dengan jajaran kelompok yang bergaul dengan ISIS dan bertarung di pihak mereka. Saya pikir beberapa kelompok militan akan berusaha mencari perlindungan di wilayah negara-negara Eropa, ternyata tidak,” kata Mendkovich.

Menurutnya, Jerman, Austria, dan Perancis adalah negara-negara dalam kelompok risiko. Beberapa kota besar di Eropa memiliki seluruh distrik di pinggiran kota di mana, orang dapat dengan mudah lenyap dan hidup tanpa dokumen dan tidak terkendali oleh pihak berwenang. Negara lain yang berpotensi menarik jihadis yang melarikan diri dari Suriah dan Irak, adalah Ukraina, Chechnya, dan Ukraina Timur.