Tripoli – Ancaman dari kelompok militan ISIS akan terus membayang-bayangi Libya jika konflik berkepanjangan yang terjadi di negara tersebut tidak segera diselesaikan. Hal tersebut disampaikan oleh sebuah tim penelitian yang berasal dari Institut Studi Strategis di United States Army War College,
Mereka mengatakan bahwa saat ini ISIS diam-diam tengah membangun kekuatan dan meningkatkan kemampuan mereka dan akan kembali ke Libya suatu saat nanti. Namun, untuk saat ini ISIS hanya akan menggertak dan memberi efek kejutan dengan melancarkan sejumlah serangan berskala kecil di Libya.
“Mereka (ISIS) terlibat dalam sejumlah serangan berskala kecil, untuk membangun kekuatan mereka di dalam jaringan-jaringan kriminal yang menghubungkan wilayah sub-sahara Afrika dengan pesisir utara Libya,” demikian menurut tim penelitian yang dipimpin oleh Azeem Ibrahim, dikutip dari Al Jazeera pada Senin (10/8).
“ISIS di Libya sebagian besar dibentuk dari para pejuang asing non-Libya, yang semakin mengurangi kapasitas mereka pada sektor politik lokal,” tambahnya.
Meskipun demikian, Ibrahim memperingatkan bahwa situasi bisa saja berubah jika perang sipil yang terjadi di Libya tidak segera diakhiri. Oleh karena itu, ia meminta komunitas internasional untuk ikut memastikan stabilitas di negara tersebut.
“Semakin lama ketidak-stabilan terjadi, semakin lama pula kita berjalan tanpa pemerintah pusat yang tidak perlu memerangi semua orang sehingga mampu mengawasi apa yang tengah dilakukan oleh ISIS dan kelompok (militan) lain,” lanjutnya.
Sebagaimana diketahui, usai berbulan-bulan terlibat saling serang, pasukan pemerintah Libya (GNA) berhasil mengusir ISIS dari wilayah pesisir Sirte, kawasan terbesar yang dikendalikan oleh ISIS diluar Irak dan Suriah, pada Mei 2016 silam.
Menurut hasil penelitian, usai terusir dari Sirte, sebagian besar aktifitas ISIS dialihkan ke Fezzan, sebuah kota di selatan gurun Libya, dimana kelompok tersebut kini telah berbaur dengan warga lokal.