ISIS di Filipina, Dewan Pers: Media Harus Bijaksana dalam Pemberitaan

Manado – Kota Marawi di Filipina Selatan saat ini sudah jatuh ke tangan kelompok teroris yang berafiliasi ke Islamic State of Iraq and Syria(ISIS). Terkait hal tersebut, Dewan Pers meminta media massa pers di Indonesia berlaku cerdas dan bijaksana dalam pemberitaannya.

Hal ini dikatakan oleh anggota Dewan Pers, Anthonius Jimmy Silalahi, saat menjadi narasumber dalam kegiatan Visit Media Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Utara ke Kompas TV Manado, Rabu (7/6/2017). Dikatakannya, konflik di Filipina terjadi di wilayah yang berbatasan langsung dengan Indonesia, dan media massa didorong untuk ikut menjalankan peran pertahanan negara.

“Salah satu yang bisa dilakukan dalam konteks pertahanan negara adalah sikap cerdas dan bijaksana dalam membuat dan mempublikasikan pemberitaan,” kata Jimmy.

Sikap cerdas dan bijaksana, lanjut Jimmy, dapat diwujudkan melalui pemberitaan yang tidak mengagung-agungkan kelompok teroris hingga mengundang ketertarikan masyarakat Indonesia pergi dan bergabung ke kelompok teroris di Filipina.

“Tekankan bahwa terorisme itu jahat, bukan jihad. Dengan begitu kita bisa berharap tidak bertambah warga negara Indonesia yang pergi bergabung dengan ISIS di Filipina,” ujar Jimmy.

Anggota Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Willy Pramudya, menyoroti mulai banyaknya peredaran konten berisikan kengerian terkait konflik di Filipina Selatan di media sosial. Media massa didorong menjalankan kewajiban cek dan ricek setiap hal yang akan diberitakannya.

“Apa yang dipertontonkan ISIS ketika di Iraq dan Syria sudah dilakukan di Filipina, dan itu sudah banyak beredar di media sosial. Kami hanya ingin mengingatkan, konten-konten seperti itu jangan sampai dimunculkan dalam pemberitaan,” ungkap Willy.

Penayangan konten berisikan kengerian, masih kata Willy, berpotensi menjadi teror baru bagi masyarakat, bahkan yang tidak berada di lokasi kejadian. “Dan yang pasti itu melanggar Kode Etik Jurnalistik dan Pedoman Peliputan Terorisme yang diterbitkan oleh Dewan Pers,” katanya.

Pesan yang disampaikan Jimmy Silalahi dan Willy Pramudya diapresiasi oleh Koordinator Liputan Kompas TV Manado, Doni Aray. Dia juga mengaku senang media tempatnya bekerja memiliki kesempatan dikunjungi oleh BNPT. FKPT, dan Dewan Pers, sehingga kesempatan belajar bagi semua crew bisa semakin bertambah.

“Kami mendukung apa yang tadi disampaikan, dan kami akan menerapkannya dalam pemberitaan. Terimakasih atas kunjungannya ke Kompas TV Manado,” pungkas Doni.

Visit Media merupakan salah satu metode yang diterapkan di kegiatan Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme. Dua metode lain yang dijalankan adalah dialog Literasi Media sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme Terorisme di Masyarakat, dan lomba karya jurnalistik bertema kearifan lokal sebagai sarana pencegahan terorisme. Kegiatan ini sudah dan akan dilaksanakan di 32 provinsi se-Indonesia di sepanjang tahun 2017. [shk/shk]