ISIS DAN PENYESALAN PARA ANGGOTANYA

Ditengah pemberitaan besar-besaran terkait dengan kekejaman dan kerusakan yang dilakukan oleh kelompok teroris ISIS, ditumpuk pula dengan berbagai adegan pongah para punggawanya yang bertingkah seolah sudah kebal api neraka, muncul kabar tentang kekecewaan para anggota ISIS yang mulai resah dan tidak betah dengan kelompoknya sendiri. Mereka merasa tertipu, ISIS yang semula mereka yakini sebagai penegak nilai ilahi nyatanya hanya sebuah ilusi. Alih-alih menegakkan hukum Islam yang penuh kasih sayang, ISIS tumbuh menjadi kelompok brutal yang acuh terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Kekejian dan kebiadaban yang terus menerus dipertontonkan ISIS pada akhirnya membuat gerah anggotanya sendiri, banyak anggota ISIS yang menyatakan ketidaksetujuannya pada ‘jihad’ ala ISIS yang dilakukan dengan cara-cara jahat. Keluhan dan bahkan protes ketidaksetujuan dari para anggota ISIS ini mulai diungkap besar-besaran, beberapa bahkan telah sampai ke tangan media, sehingga kabar tentang tidak enaknya menjadi anggota ISIS berhembus kencang ke berbagai kalangan.

Janji-janji ISIS tentang fasilitas dan tumpukan pahala yang akan didapatkan anggotanya nyatanya hanyalah kebohongan belaka, karena yang ada kini adalah janji yang hanya tinggal janji, sementara kesengsaraan dan penyesalan tiada tara tengah menanti. Kekecewaan para anggota ISIS ini makin menjadi tatkala kelompok yang sempat dipujanya ini semakin brutal dalam menciptakan kerusakan dan kesengsaraan, “Islam tidak begini!”.

International Center for the Study of Radicalisation and Political Violence (ISCR), Sebuah Pusat Internasional untuk Studi Radikalisasi dan Kekerasan Politik di Universitas King di London memaparkan sebuah laporan tentang banyaknya anggota ISIS yang kecewa dan akhirnya membelot dari kelompok sadis pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi itu. Hal yang agak mengejutkan dari laporan itu adalah fakta bahwa kekecewaan para anggotanya telah ada sejak lama, bahkan sejak pertama kali bergabung dengan ISIS, mereka langsung menyadari bahwa selama ini mereka telah dibohongi.

ISCR melaporkan bahwa setidaknya 58 anggota ISIS telah membelot dan kabur dari gerombolannya, rencana pelarian itu ternyata sudah disusun sejak Januari 2014. Tidak semua anggota ISIS bernasib beruntung bisa kabur seperti mereka, ISIS yang mulai mencium gelagat perlawanan dari kelompoknya sendiri menerapkan kebijakan sadis, yakni untuk membunuh anggotanya yang mencoba melarikan diri dari mereka.

Sebelumnya, seorang anggota ISIS berkebangsaan Inggris bernama Omar Hussain juga mengunggah kisahnya selama menjadi anak buah Abu Bakar al-Baghdadi, ia menuturkan betapa teman-temannya di kelompok ISIS sangat kasar dan arogan. Ia mengatakan bahwa teman-teman sesama terorisnya itu sama sekali tidak memiliki sopan santun, perilaku mereka sangat tidak beradab, bukan saja terhadap orang-orang di luar ISIS, tetapi juga kepada sesama anggota ISIS.

Hal ini setidaknya ditunjukkan dengan peristiwa baku tembak antar sesama anggota ISIS yang terjadi beberapa waktu lalu akibat saling berebut harta dan perempuan untuk dijadikan budak seks. Dalam peristiwa ini 17 anggota ISIS dilaporkan meregang nyawa. Ketegangan antar sesama anggota ISIS, seperti diakui oleh Omar Hussain, merupakan tontonan sehari-hari; selalu saja ada hal-hal yang dijadikan alasan pertikaian, mulai perkelahian biasa, hingga adu senjata yang berujung hilangnya nyawa.

Fakta betapa susah dan menderitanya menjadi bagian dari ISIS harusnya menjadi peringatan sekaligus tamparan kesadaran bagi kita semua agar tidak lagi menganggap ISIS sebagai kelompok jihadis, karena jelas, mereka adalah gerombolan bengis dengan kelakuan sadis. Jihad yang selama ini mereka kumandangkan nyatanya tidak lebih hanyalah bualan belaka, karena dengan akal yang paling dangkal sekalipun kita dapat mengerti bahwa tidak mungkin kekerasan dapat menyenangkan tuhan.

Janji-janji palsu tentang fasilitas mewah dan tiket free pass menuju surga nyatanya juga tidak lebih dari sekedar ‘guyonan’ yang mereka lemparkan ke masyarakat awam. Mereka menipu masyarakat agar mau bergabung dan menuju ‘surga’ dengan membantai sesama. Tentu surga yang dimaksud adalah neraka yang sebenarnya. Meski mengusung nama Islamic, ISIS nyatanya sangat jauh dari semangat Islam, seorang jurnalis Prancis bernama Didier Francois yang pernah ditawan ISIS selama 10 bulan menuturkan bahwa ISIS bahkan tidak punya alquran!

Kini, setelah janji-janji surga yang diumbar ISIS ketahuan hanya bohong belaka, para anggota ISIS menyesal bukan kepalang. Bagi mereka yang beruntung, mereka bisa kabur dan mungkin kembali ke keluarganya, sementara yang lain harus berhadapan dengan dua pilihan berat; ditembak mati oleh teman sendiri atau terus menjadi boneka ISIS untuk berlaku bengis.