Masjid Al-Rawda, El-Arish, Semenanjung Sinai utara, Mesir

ISIS Bantai Jemaah Shalat Jumat di Mesir

Kairo – Korban tewas dalam serangan teror yang terjadi di Masjid Al-Rawda, El-Arish, Semenanjung Sinai utara, Mesir, Jumat (24/11/2017), terus bertambah. Korban tewas akibat serangan teror ini menjadi 305 orang. Dari jumlah tersebut, 27 orang di antaranya merupakan anak-anak, dan 128 orang terluka. Jumlah korban diperkirakan akan bertambah beberapa hari ke depan.

Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi berjanji akan menghancurkan para pelaku dengan serangan yang sama brutalnya. “Kami akan membalasnya dengan serangan yang brutal, kami akan menghadapi orang-orang takfiri itu,” kata Abdel Fattah Al Sisi seperti dilansir kantor berita Agence France Presse (AFP), Minggu (26/11/2017).

Identitas kelompok bersenjata yang menyerang masjid Al Rawdah saat berlansungnya shalat Jumat mulai terungkap. Pelaku ternyata membawa bendera ISIS ketika mereka melepaskan tembakan melalui pintu dan jendela. Kelompok bersenjata itu beberapa di antaranya mengenakan topeng dan seragam bergaya militer dan naik mobil jip mengelilingi masjid sambil melepaskan tembakan.

ISIS disebut berada di balik pembantaian di masjid Masjid Al-Rawda itu. Namun, kelompok ISIS belum buka suara atau mengklaim atas peristiwa itu. Juga belum ada kelompok militan lainnya yang bertanggung jawab atas peristiwa itu. Penyidik Mesir mengatakan, aksi berdarah itu dilakukan oleh ISIS cabang Sinai. Pasalnya, bendera hitam ISIS berkibar di tangan-tangan para penyerang.

Dengan wilayahnya yang luas dan tidak semuanya masuk dalam pengawasan pemerintah Mesih, Sinai merupakan daerah yang paling rawan militansi di Mesir. Ada berbagai kelompok bersenjata di dalamnya. Kondisi semakin parah sejak gejolak politik terjadi di negara itu dengan penggulingan Mohammed Mursi dan berkuasanya junta pimpinan Abdel Fattah al-Sisi pada 2013.

Kelompok militan terbesar yang ada di Sinai kala itu adalah Ansar Baitul Maqdis yang berafiliasi pada al-Qaidah. Namun dinamika konflik di Suriah memicu perpecahan al-Qaidah di Suriah, dan Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan Kekhalifahan ISIS di Irak pada 2014.

Ansar Baitul Maqdis ini kemudian berbaiat kepada ISIS. Membawa panji hitam, kelompok ini bergerak lebih agresif dalam menguasai kota dan desa di Sinai, manuver yang sama seperti ISIS di Suriah dan Irak. Namun nasib mereka berbeda. Wilayah pusat kota Sinai tidak bisa direbut berkat hantaman dari militer Mesir.

Menurut pejabat Mesir, ISIS di Sinai dilengkapi persenjataan canggih. Di antaranya rudal anti-tank, senapan mesin, dan peledak. Diduga persenjataan ini diselundupkan dari Libya atau negara Timur Tengah lain yang tengah berkonflik.
Biasanya serangan dialamatkan untuk militer atau petugas keamanan. Tidak heran serangan pada Jumat di masjid sufi mengejutkan banyak pihak.

Para simpatisan ISIS di sosial media mengaku tidak percaya serangan itu dilakukan para militan. Namun pengakuan saksi mata begitu terang. “Para jemaah dikejutkan oleh serangan dari berbagai sisi. Penyerang berjumlah antara 25 dan 30 orang, membawa bendera ISIS dan mengambil posisi di depan pintu masjid dan 12 jendelanya dengan senapan otomatis,” kata jaksa penyidik publik Mesir

Seorang saksi mata mengatakan, kelompok bersenjata memulainya dengan sebuah bom di akhir shalat Jumat, lalu melepaskan tembakan saat orang-orang mencoba melarikan diri, menembaki ambulance dan membakar mobil untuk memblokir jalan. “Ketika penembakan dimulai, semua orang berlari, dan semua orang saling bertabrakan,” kata Magdy Rezk, korban luka dalam insiden itu.