Jakarta – Teknologi kecerdasan buatan Chatbots telah digunakan untuk
berbagai tujuan, termasuk pemasaran, layanan pelanggan, dan hiburan.
Namun, chatbots juga telah digunakan untuk tujuan yang lebih
berbahaya, seperti merekrut orang untuk bergabung dengan sel-sel
teroris.
Dikutip dari Daily Start, pada tahun 2018, sebuah studi oleh
Universitas Stanford menemukan bahwa chatbots dapat digunakan untuk
merekrut orang untuk bergabung dengan Al-Qaeda dan ISIS.
Studi tersebut menemukan bahwa chatbots dapat digunakan untuk
membentuk hubungan dengan orang-orang yang rentan terhadap rekrutmen
teroris, dan untuk menanamkan ide-ide radikal di benak mereka.
Studi tersebut juga menemukan bahwa chatbots dapat digunakan untuk
menyebarkan propaganda teroris dan untuk mengorganisir serangan.
Pada tahun 2019, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan
tentang meningkatnya penggunaan chatbots oleh kelompok-kelompok
teroris. Peringatan tersebut memperingatkan bahwa chatbots dapat
digunakan untuk merekrut orang, menyebarkan propaganda, dan
mengorganisir serangan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari
upaya rekrutmen chatbot. Salah satu cara adalah untuk berhati-hati
tentang siapa yang Anda ajak bicara secara online. Jika Anda menerima
pesan dari seseorang yang Anda tidak kenal, berhati-hatilah terhadap
apa yang mereka katakan.
Cara lain untuk melindungi diri adalah untuk memblokir chatbots yang
mencurigakan. Ada beberapa alat yang tersedia yang dapat membantu Anda
memblokir chatbots.
Jika Anda merasa bahwa Anda telah menjadi sasaran upaya rekrutmen
chatbot, penting untuk melaporkannya kepada pihak berwenang. Anda juga
dapat menghubungi organisasi yang membantu orang-orang yang rentan
terhadap radikalisasi.