Teheran – Duta Besar dan Perwakilan Tetap Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Majid Takht-Ravanci menyebut pembunuhan brutal Jenderal Qassem Soleimani sebagai contoh nyata dari terorisme yang disponsori sebuah negara. Ia menyampaikan pernyataan tersebut dalam pertemuan bertajuk Virtual Counter-Terrorism Week.
“Satu-satunya cara untuk melawan terorisme adalah memperkuat multilateralisme melalui peningkatan kerja sama internasional dan respons kolektif terhadap terorisme,” ungkap Majid, dilansir dari laman Mehr News Agency, Sabtu (11/7/2020).
Pendekatan sepihak disebut Majid sebagai salah satu tantangan terpenting dalam menangani terorisme internasional. Menurutnya, langkah unilateral yang dilakukan pihak tertentu akan mengganggu jalannya respons kolektif dan upaya internasional dalam menghadapi terorisme.
Majid menyebut langkah-langkah paksaan yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran merupakan pelanggaran struktural dalam bidang hak asasi manusia. Salah satu langkah tersebut adalah penjatuhan sanksi ekonomi, yang disebut Iran sebagai terorisme perekonomian.
Sementara untuk pembunuhan Soleimani, pria Iran yang tewas dalam serangan udara pesawat tanpa awak (drone) milik AS di Irak pada awal 2020, disebut Majid sebagai “contoh nyata dari terorisme negara dan pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip dasar hukum internasional.”
Merespons berbagai tuduhan AS terhadap Iran, Majid mengatakan bahwa negaranya berada di garda terdepan dalam perang melawan terorisme di kawasan, seperti terhadap kelompok militan Islamic State (ISIS) dan al-Qaeda.
Sementara kebijakan AS yang cenderung mengintervensi kebijakan-kebijakan negara lain dinilai Iran sebagai faktor utama meluasnya terorisme di level regional dan juga global.
Ia menuding AS sebagai pendukung utama Mujahedin-e Khalq (MEK), salah satu kelompok militan yang telah membunuh lebih dari 12 ribu warga Iran dan juga Irak. Tidak hanya itu, Majid juga menuduh AS sebagai negara yang bertanggung jawab atas berlangsungnya perang di Yaman saat ini.