Members of Iran's Revolutionary Guards Corps (IRGC) march during the annual military parade marking the anniversary of the outbreak of the devastating 1980-1988 war with Saddam Hussein's Iraq, in the capital Tehran on September 22, 2018. - In Iran's southwestern city of Ahvaz during commemoration of the same event, dozens of people were killed with dozens others wounded in an attack targeting another army parade, state media reported on September 22. (Photo by STR / AFP) (Photo credit should read STR/AFP/Getty Images)

Iran Janji Balas AS Jika IRGC Jadi Digolongkan Kelompok Teroris

Teheran – Pemerintah Iran berjanji akan membalas jika Amerika Serikat (AS) benar-benar jadi menggolongkan pasukan Garda Revolusi (IRGC) sebagai kelompok teroris. Sebab satuan itu adalah pasukan elit Iran yang dibentuk setelah Revolusi Islam pada 1979.

Gertakan itu disampaikan oleh Parlemen Iran. Sebanyak 255 anggota legislatif menyatakan setuju untuk membalas AS jika memasukkan IRGC ke dalam daftar kelompok teroris.

“Kami akan membalas atas setiap tindakan terhadap pasukan ini. Jadi pemimpin AS, yang merupakan pencipta dan pendukung kelompok teroris di Timur Tengah, akan menyesali tindakan idiot dan tidak perlu ini,” demikian pernyataan Parlemen Iran, seperti dikutip Reuters, Senin (8/4).

Keputusan AS memasukkan IRGC ke dalam daftar kelompok teroris pertama kali diberitakan oleh surat kabar Wall Street Journal. Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo, selama ini memang dikenal bersikap keras terhadap Iran.

Pompeo yang mendesak Presiden AS, Donald Trump, untuk menerapkan kebijakan lebih keras terhadap Iran. Namun, ketika dikonfirmasi, baik Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan hingga Gedung Putih tidak memberikan tanggapan.

Baca juga : ISWAP Klaim Bunuh 18 Tentara Dalam Serangan Beberapa Hari

Perselisihan antara AS dan Iran kembali mencuat setelah pada 2015 Trump memutuskan membatalkan perjanjian nuklir. Dia juga kembali menerapkan sanksi yang lebih keras terhadap Iran, dengan alasan negara itu tetap melanjutkan program pengembangan rudal jarak jauh.

Pada 2007, Kementerian Keuangan AS menjatuhkan sanksi terhadap satuan khusus IRGC, Pasukan Quds, yang bertindak sebagai perwakilan militer Iran dalam wilayah konflik di luar negeri. Mereka menyatakan pasukan itu mendukung terorisme dan menjadi perangkat Iran untuk terlibat mendukung kelompok teroris dan pemberontak.

Dua tahun lalu, Panglima IRGC, Mohammad Ali Jafari, memperingatkan jika AS menggolongkan satuannya sebagai kelompok teroris, maka mereka akan menganggap seluruh pasukan AS di luar negeri seperti kelompok ISIS.

Reaksi di dalam negeri AS terhadap polemik ini juga beragam. Senator dari Partai Republik, Ben Sasse, menyatakan jika hal itu terjadi maka menjadi langkah penting bagi AS untuk terus menekan Iran.

“Jagal-jagal dari IRGC sejak lama sudah menjadi teroris,” kata Sasse dalam sebuah pernyataan.

Sedangkan mantan Wakil Menteri Luar Negeri AS yang juga bekas ketua juru runding dengan Iran, Wendy Sherman, menyatakan dia cemas dengan dampak yang akan ditanggung jika AS mengambil langkah itu.

“Menurut sejumlah pendapat, sebab sulit melihat apa kepentingan kami, jika presiden tidak cuma mencari alasan untuk konflik. IRGC sudah dijatuhi sanksi dan peningkatan ini membahayakan pasukan kami di berbagai kawasan,” kata Sherman.

Pengaruh IRGC bukan cuma di dunia militer, tetapi juga termasuk di sektor ekonomi dan politik. Mereka bisa dibilang badan keamanan paling kuat di Iran.

Pasukan ini berkekuatan 125 ribu orang, terdiri dari matra darat, laut, dan udara. Mereka berada di bawah kewenangan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khameini.

IRGC juga bertanggung jawab terhadap program pengembangan rudal Iran. Mereka menyatakan mempunyai peluru kendali dengan jarak jelajah sampai 2000 kilometer, dan bisa menjangkau Israel serta pangkalan militer AS di Timur Tengah