Iran Bantah Pasukan Elitnya Latih Sel Teroris

Teheran – Pemerintah Iran menolak tuduhan Arab Saudi yang menyebut bahwa mereka telah melatih sel teroris.

Arab Saudi mengatakan bahwa pihaknya menangkap 10 orang awal bulan ini dan menyita senjata serta bahan peledak dari sel teroris yang menerima pelatihan dari Pasukan Elit Iran Garda Revolusi.

“Tuduhan berulang dan tidak berharga dari penguasa Saudi bukanlah cara bagi Riyadh untuk mencapai tujuannya, dan rekomendasi kami adalah Arab Saudi memilih jalan kejujuran dan kebijaksanaan daripada skenario yang tidak berharga,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh, seperti dikutip Reuters, Selasa (28/9).

Amerika Serikat dan Arab Saudi telah menyalahkan serangkaian serangan terhadap kepentingan minyak di Teluk sejak tahun lalu di Iran. Teheran membantah tuduhan itu.

Sebelumnya, Raja Arab Saudi, Salman Abdulaziz, dalam Sidang Majelis Umum PBB mengungkapkan kemarahannya kepada Iran.

Raja Salman menyebutkan Iran telah mengeksploitasi kesepakatan nuklir tahun 2015 untuk menonjolkan tindakan ekspansionis, menciptakan jaringan teroris, dan menggunakan terorisme.

Menurutnya, tindakan Iran tersebut tidak menghasilkan apa-apa kecuali kekacauan, ekstremisme dan sektarianisme.

Menanggapi pernyataan itu, juru bicara Kemenlu Iran Saeed Khatibzadeh menuduh Arab Saudi memutarbalikkan fakta dan melimpahkan kesalahan atas kejahatannya sendiri.

Khatibzadeh juga mencap Arab Saudi sebagai pendukung keuangan dan logistik utama teroris ke wilayah tersebut.

Selain itu, juru bicara misi PBB dari Iran, Alireza Miryousefi juga keberatan pernyataan Raja Salman tersebut. Ia menyebutkan tuduhan dari Raja Salman itu tak berdasar.

“Pernyataan yang tidak konstruktif dan tidak beralasan oleh pemimpin Saudi semata-mata menguatkan kekuatan tertentu yang berniat menyebarkan perselisihan di antara lokasi internasional regional dengan tujuan membuat perpecahan abadi dan mempromosikan senjata ekstra mematikan ke daerah tersebut,” kata Miryousefi.

Arab Saudi yang mayoritas Muslim Sunni dan Iran yang didominasi Syiah terkunci dalam sejumlah perang proxy di Timur Tengah, termasuk di Yaman dimana koalisi dipimpin Saudi yang memerangi gerakan Houthi.