Intelijen Kurdi Sebut ISIS Mulai Bangkit di Irak

Baghdad – Ada indikasi ISIS kembali terbentuk di Irak setelah dua tahun kelompok teror itu kehilangan wilayah terakhir mereka di negara tersebut. Intelijen Kurdi mengatakan kehadiran ISIS di Irak meningkat dan semakin canggih.

Menurut pejabat intelijen Kurdi Lahur Talabany, kini ISIS lebih terampil dan berbahaya dibandingkan al-Qaeda. Talabany mengatakan saat ini ISIS memiliki teknik dan taktik yang lebih baik.

“Mereka memiliki teknik, taktik yang lebih baik dan uang yang lebih banyak dari penghasilan mereka, mereka mampu membeli kendaraan, senjata, pasokan makanan dan peralatan,” kata Tabalany seperti dikutip BBC, Senin (23/12).

Kepala intelijen veteran ini menyampaikan penilaiannya dengan aksen London. Tempat ia tinggal selama bertahun-tahun setelah keluarganya melarikan diri dari rezim Sadam Hussein. “Teknologi mereka lebih canggih, lebih sulit untuk menyingkirkan mereka. Jadi seperti al-Qaeda menggunakan steroid,” tambahnya.

Kini Tabalany berada di markasnya di Sulaimaniya yang terletak di perbukitan wilayah Kurdi di utara Irak. Talabany mengatakan organisasinya menghabiskan waktu selama 12 bulan untuk membangun kembali markas yang hancur karena serangan ISIS.

“Saat ini kami melihat ada peningkatkan aktivitas dan kami pikir fase membangun kembali markas sudah selesai,” kata Talabany, kepala Zanyari Agency, salah satu dari dua badan intelijen Kurdi di Irak.

Talabany mengatakan ISIS tampaknya bangkit kembali. Menurutnya kelompok teroris itu tidak lagi ingin menguasai wilayah karena mereka ingin menghindari serangan. Tapi seperti pendahulunya yakni al-Qaeda, kini ISIS bergerak di bawah tanah di pegunungan Hamrin, Irak.

“Itu adalah pusat ISIS sekarang, itu pegunungan panjang dan sangat bagi tentara Irak untuk mengontrolnya. Di sana ada banyak tempat persembunyian dan gua,” tambah Talabany.

Ia memperingatkan ISIS dapat dipupuk kembali oleh kerusuhan yang terjadi di ibu kota Baghdad. Mereka akan mengeksploitasi rasa alienasi yang dirasakan muslim Sunni, muslim minoritas di Irak. Di Irak, hal ini pola yang berdarah. “Jika kami memiliki gejolak politik, ini akan menjadi Surga atau Natal datang lebih awal bagi ISIS,” kata Tabalany.