Intelijen Diminta Rangkul Masyarakat Untuk Deteksi Terorisme

Jakarta – Masyarakat dinilai perlu dilibatkan secara langsung untuk mendeteksi sel terorisme. Pengenalan lingkungan termasuk tetangga dapat diterapkan masyarakat untuk mendeteksi pergerakan atau sel-sel teroris.

Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) Muhammad Najib Azca menyatakan langkah tersebut juga berfungsi mengurangi paham kekerasan di masyarakat.

“Peran intelijen bisa menjadi langkah preventif dan preemtif aksi terorisme. Konsepnya, pendeteksian dengan melibatkan masyarakat secara langsung,” kata Najib di Sleman, demikian seperti dilansir Antaranews.com, senin (16/7).

Menurut dia, langkah-langkah terkecil dengan mengenali lingkungan termasuk tetangga kanan dan kiri dapat diterapkan masyarakat untuk mendeteksi pergerakan atau sel-sel teroris.

“Langkah tersebut juga berfungsi mereduksi (mengurangi) paham kekerasan di masyarakat. Tentunya dengan melibatkan tokoh-tokoh agama hingga tokoh masyarakat,” katanya.

Ia mengatakan, intensitas komunikasi juga perlu berlangsung dengan baik, terutama kepada kelompok terduga teroris.

“Intelijen itu cara yang paling ampuh dan efisien, terlebih `sel tidur` tidak bisa terdeteksi jika belum bergerak, dengan fungsi intelijen ini dapat mengetahui seberapa jauh dan luas gerakan teroris yang sudah ada di satu wilayah, termasuk Yogyakarta,” katanya.

Najib mengatakan, disetujuinya Undang-Undang Terorisme menjadi kekuatan penuh bagi Polri dan TNI. Setidaknya mampu meredam pergerakan yang lebih masif.

“Terutama dalam mendeteksi jaringan terorisme tanpa harus menunggu timbulnya aksi terorisme. UU Terorisme memberi kewenangan lebih besar kepada lembaga penegak hukum untuk bertindak preemtif dan preventif,” katanya.