Insiden Tangkil Jadi Titik Balik: Tokoh Lintas Agama di Sukabumi Sepakat Perkuat Toleransi

Sukabumi — Insiden pengrusakan rumah singgah retret di Kampung Tangkil, Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, menjadi titik refleksi bagi tokoh-tokoh lintas agama di wilayah Cicurug dan Cidahu. Dalam sebuah pertemuan lintas iman yang digelar akhir pekan lalu di kawasan Wisata Batu Tapak, mereka menyatakan komitmen bersama untuk memperkuat toleransi dan menjaga kerukunan antarumat beragama.

Pertemuan tersebut menghadirkan para tokoh dari berbagai latar belakang agama, termasuk Islam, Kristen, dan Katolik. Selain itu, turut hadir pula perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Cidahu, praktisi hukum, serta sejumlah elemen masyarakat sipil.

Dalam suasana dialog yang terbuka dan penuh kehangatan, seluruh peserta menegaskan bahwa kehidupan antarumat beragama di kawasan tersebut selama ini berlangsung harmonis dan penuh saling menghormati.

Ketua MUI Kecamatan Cidahu, Ismail, S.Ag, menyampaikan bahwa insiden di Tangkil seharusnya tidak merusak iklim kebersamaan yang telah terjalin. “Peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita semua agar senantiasa merawat semangat persatuan dan menghargai perbedaan,” ujarnya.

Hal senada disampaikan oleh Sekretaris FKUB Kecamatan Cicurug, David Dharmadjadja. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas iman sebagai fondasi kuat dalam menjaga kehidupan sosial yang damai di tengah keberagaman.

Hasil dari pertemuan tersebut dirumuskan dalam empat poin kesepakatan: Menjaga agar kehidupan beragama tetap berlangsung aman dan damai. Menjadikan insiden Tangkil sebagai pelajaran untuk memperkuat sikap saling menghargai. Menyelesaikan kasus secara damai dan sesuai jalur hukum. Menolak segala bentuk provokasi dan ujaran kebencian.

Pakar hukum sosiologi yang juga pemilik lokasi Wisata Batu Tapak, Drs. Yulius Fanumbi, SH, MH, turut menegaskan bahwa toleransi tak cukup hanya menjadi jargon. “Kami hidup berdampingan dalam damai. Jangan biarkan narasi yang merusak kebersamaan meracuni ruang publik,” tegasnya.

Forum ini juga menghasilkan sejumlah rekomendasi, seperti pentingnya pendidikan lintas agama sejak usia dini, penguatan peran FKUB di tingkat lokal, dan keterlibatan aktif tokoh agama dalam menyuarakan nilai-nilai perdamaian di tengah masyarakat.

Dengan berlangsungnya forum ini, para tokoh berharap agar insiden serupa tidak terulang, dan justru menjadi awal yang baru untuk membangun ruang-ruang dialog yang lebih kuat di tengah keberagaman Indonesia.