Bengkulu – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Suhardi Alius, menyebut inovasi sangat dibutuhkan pada proses pencegahan penyebarluasan paham radikal dan aksi terorisme. Inovasi juga disebutnya tidak boleh berhenti pada satu titik keberhasilan.
Ini disampaikannya saay mensosialisasikan Lomba Video Pendek di RBTV Bengkulu, Selasa (10/4/2017) malam. Lomba yang sudah dilaksanakan untuk ketiga kalinya tersebut diakui sebagai sebuah inovasi.
“Kami mendekati anak muda sekarang, kita menyebutnya generasi milenial, dengan apa yang mereka sukai. Salah satunya ya lewat video ini,” kata Suhardi.
Dikatakannya juga, pengenalan paham radikal terorisme kepada generasi milenial tak bisa lagi dilakukan melalui sosialisasi satu arah seperti diskusi dan dialog. “Anak-anak sekarang sudah sangat mengenal teknologi, maka manfaatkan teknologi itu untuk mengajak mereka terlibat dalam pencegahan paham radikal terorisme,” ujarnya.
Lomba video pendek menjadi salah satu metode yang dijalankan oleh BNPT untuk menggandeng pelajar SMA dan sederajat dalam pencegahan terorisme. BNPT turut pula menggandeng sineas, aktor dan artis serta praktisi perfilman untuk memberikan pelatihan pembuatan video pendek, dan melombakan hasil karyanya.
Dalam 2 tahun awal pelaksanaannya, BNPT sudah mampu mendorong dihasilkannya 1200 video oleh pelajar se-Indonesia, mengunggahnya ke media sosial dan mengundang 24 juta orang untuk menyaksikannya.
“Ada satu video karya pemenang tahun 2016 yang diputar di 800 jaringan bioskop nasional. Bisa dibayangkan berapa juta pasang mata yang sudah kami sadarkan, memiliki nasionalisme untuk menjaga keutuhan negara dari bahaya terorisme sangatlah penting,” ungkap Suhardi.
Akan tetapi di kesempatan yang sama mantan Sekretaris Utama Lemhanas tersebut juga meminta inovasi dalam pencegahan terorisme tak boleh berhenti. Selain video pendek, dalam dua tahun terakhir BNPT juga berhasil menjaring ratusan pelajar untuk dijadikan duta damai. Kepada mereka BNPT memberikan pelatihan pembuatan konten positif untuk disebarluaskan di media sosial.
“Inovasi seperti ini yang harus terus digali dan dilaksanakan dan saya meminta ini tidak berhenti di sini,” tegas Suhardi.
Pada kesempatan yang sama sutradara Ratrikala Bhre Aditya mendukung pernyataan Suhardi Alius. Bhre yang sudah terlibat pada pelaksanaan lomba-lomba sebelumnya menilai, manfaat nyata telah tampak untuk pencegahan terorisme.
“Tahun ini lombanya “Menjadi Indonesia”. Ini sederhana. Adik-adik pelajar bisa menggambarkan apa saja yang ada di sekitar, salah satunya keragaman di Indonesia ke dalam video, bahwa itu harus dijaga untuk menjaga keutuhan negara dari bahaya ekstrimisme,” jelas Bhre.
Lomba video pendek adalah metode yang dilaksanakan pada kegiatan Pelibatan Pelajar dalam Pencegahan Terorisme. Kegiatan ini dilaksanakan oleh BNPT dengan menggandeng 32 Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) se-Indonesia. [shk/shk]