Jakarta – Pencegahan bahaya radikalisme telah menjadi fokus utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sejak lama, kali ini, di bawah pimpinan Komjen Suhardi Alius, pencegahan radikalisme makin digalakkan, salah satunya dengan memasang ‘tembok tebal’ di setiap kampus agar virus kekerasan ini tidak bisa masuk.
Tembok tebal tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Suhardi, adalah kerjasama antara BNPT dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk bersama-sama mengamankan kampus dari pengaruh paham radikal. Suhardi mengaku telah membahas ini dengan Menristek Dikti, Muhammad Natsir.
Tidak hanya radikalisme, Suhardi menegaskan bahwa pihaknya juga melawan doktrin khilafah yang bertentangan dengan demokrasi. “Paham radikal, doktrin khilafah, itu yang harus kita waspadai,” ungkapnya di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (3/1/2016).
Ditanya terkait cara yang akan diambil BNPT dalam menangkal radikalisme di kampus, Suhardi menjelaskan bahwa pihaknya akan masuk ke kampus-kampus dan melakukan sosialisasi bahaya paham radikal di kalangan mahasiswa dan staff kampus. “Kita akan masuk dalam rangka menyosialisasikan kewaspadaan kita,” ujarnya.
Tidak hanya berhenti di situ, BNPT juga akan melakukan pemantauan berkala terkait dengan penyebaran dan perkembangan paham radikal di kampus. Hal ini dilakukan untuk memastikan bersihnya kampus dari paham kekerasan.
“Mana secara tanda kutip perintah dosennya, lingkungannya, entah mahasiswanya, kita akan kembalikan ke jalan yang benar,” tutupnya.