Jakarta – Indonesia sudah membuktikan kepada dunia melalui KTT Arab Islam Amerika Serikat, bahwa penyelesaian isu terorisme tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah sebagai pemegang kekuasaan. Hal itu diungkapkan Direktur Bidang Pencegahan dan Perlindungan BNPT, Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, dalam Metro Pagi Primetime, Selasa (23/5/2017).
“Pelibatan masyarakat melalui pendekatan agama dan budaya bisa dilakukan untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi akar radikalisme. Apa yang disampaikan Presiden Jokowi di KTT Arab Islam-Amerika Serikat sudah tepat dan juga sejalan dengan yang BNPT lakukan. Memerangi terorisme melalui pendekatan agama dan budaya,” kata Abdul Rahman Kadir.
Dikatakan, implementasi dari pendekatan agama dan budaya ini membuka ruang dialog dengan masyarakat. Pelibatan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda dalam dialog kemasyarakatan disebut memudahkan pemerintah dalam memerangi isu terorisme.
Menurutnya, selain dialog, membangun kembali kepercayaan dari mantan pelaku terorisme untuk ikut terlibat dalam deradikalisasi juga perlu. Di samping, memberikan pendampingan, bimbingan, dan pemahaman kepada keluarga mantan pelaku teror agar tidak mengikuti jejak yang salah.
Abdul Rahman Kadir pun mengisahkan, di Medan (Sumatera Utara), misalnya. Pemerintah membangun kepercayaan dari mantan pelaku terorisme adalah dengan membangunkan masjid, memperbaiki pesantren dan mengisinya dengan paham moderat.
Atau di Lamongan (Jawa Timur), BNPT memberi pendampingan kepada lebih dari 70 anak mantan teroris. Memperbaiki apa yang mereka punya dan melakukan pendekatan secara emosional agar anak-anak ini tidak melanjutkan apa yang pernah dilakukan oleh keluarganya.
“Juga kerja sama dengan negara lain untuk membendung masuknya kelompok radikal terorisme, sebab paham itu bukan berasal dari Indonesia saja melainkan juga datang dari luar,” jelas Abdul Rahman Kadir.