Jakarta – Tentara Nasional Indonesia (TNI) diharapkan melakukan sejumlah siasat guna mencegah pemberontak Maute yang berafliasi dengan ISIS melarikan diri ke Tanah Air. Di antaranya, melakukan patroli tertutup agar tidak menimbulkan kepanikan masyarakat. Hal itu dikatakan pengamat intelijen dari Universitas Indonesia Ridlwan Habib.
“TNI AL harus patroli tertutup. Tidak perlu menggunakan seragam maupun kapal besar. Ini agar tidak terjadi kepanikan di masyarakat,” ujar Habib di Jakarta, Rabu (14/6/2017).
Ia mengakui ada kemungkinan gerilyawan pro-ISIS Marawi menyeberang ke Sulawesi Utara. Gerombolan bersenjata ini memiliki jalur rahasia untuk masuk ke Indonesia.
Dikatakan, mereka punya jalur-jalur tikus yang sudah belasan tahun digunakan. “Ini harus diantisipasi TNI. Di dalam kota-kota terluar juga harus dilakukan pemantauan intelijen, terutama jika ada pendatang tidak dikenal, polisi harus melibatkan masyarakat agar bisa waspada,” katanya.
Sebagaimana diketahui, hingga saat ini pertempuran antara militer Filipina dengan pemberontah Maute, di Marawi, Filipina, masih terus berlangsung. Habib mengatakan, masih ada 300-an pasukan pro-ISIS yang menguasai sudut kota Marawi. Mereka juga memiliki akses transportasi laut.
Pemerintah Filipina telah mengajak enam negara, yaitu Australia, Malaysia, Brunei Darussalam, Selandia Baru, termasuk Indonesia membantu menggempur kelompok Maute guna mencegah meluasnya kelompok pro-ISIS di kawasan Asia Tenggara.