Makasar – Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menangkap seorang lagi tersangka pelemparan bom ke Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel). Terduga teroris itu adalah Bakri alias Baroncong alias Aslam alias Pak Nur yang ditangkap di Asrama Ponpes Darul Hijrah, Desa Timampu, Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur.
Berdasarkan pemeriksaan sementara yang dilakukan, Rabu (25/10/2017), Bakri yang kelahiran Makassar, 19 Mei 1975 diketahui terlibat ikut serta dalam kejadian bom yang ditujukan ke Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2012 silam. Dia ditangkap bersama wanita bercadar berdasarkan pemeriksaan polisi terhadap Jodi (tersangka bom Gubernur yang lebih dahulu ditangkap).
Disebutkan, pada 11 November 2012, Bakri memberikan bom pipa dan korek api kepada Jodi dan Awaludin alias Awal untuk melakukan pembunuhan terhadap Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo. Saat itu, Gubernur Sulsel itu sedang memberi sambutan dalam rangkaian HUT Partai Golkar Makassar.
Bakri bersama Suwardi alias Pak Guru, Budi dan Yadi sebelumnya mengikuti tausiah yang oleh Abu Uswah dengan materi bahan dan cara pembuatan bom lontong di kebun milik Muhtar Hadi. Dalam pelatihan pembuatan bom tersebut, sekitar 20 batang bom berhasil dibuat. Jodi memegang 2 batang, Bakri memegang 6 batang, Awi memegang 6 batang, Abu Uswah 4 batang.
Berdasarkan pemeriksaan polisi terhadap tersangka lain yang sudah ditangkap, Awaluddin, Abu Uswah memerintahkan Awaluddin agar sebelum ke lokasi amaliah (target bom), singgah dahulu di rumah Bakri untuk mengambil bahan peledak yang berupa bom lontong.
Kepala Desa Timampu, Syamsul Rusdang, mengaku tidak mengetahui saat warga Timampu itu ditangkap Tim Densus pada Selasa (24/10/2017). “Jarak antara rumah saya dan Pesantren Darul Hijrah, Desa Timampu, sangat dekat. Tetapi belum saya dapat kabar penangkapan,” katanya.
Warga Timampu juga tidak pernah membicarakan soal penangkapan Bakrio di Asrama Ponpes pada Selasa pagi kemarin. Kondisi asrama pesantren pada pagi hari memang sepi. Menurutnya, pemimpin Ponpes Darul Hijrah bernama Bakri.
“Semua anggota ustad Bakri sangat ramah dan banyak bergaul dengan warga. Bahkan, mereka juga aktif dalam ceramah agama. Apalagi Timampu sangat kental dengan nuansa religius,” kata Syamsul.
Hanya saja, saat melakukan pendataan memang ada seorang pendatang asal Makassar yang tinggal di asrama. Namanya, Bakri alias Baroncong alias Aslam alias Pak Nur yang selama dua tahun terakhir jarang terlihat. Selama ini pak Nur bekerja di kebun. Dari anakUstadz Bakri, motor majelis yang diberikan ke Ponpes digunakan Pak Nur ke kebun.