New York – Akayed Ullah adalah warga Bangladesh yang merupakan pelaku pengeboman di terminal Bus New York, Amerika Serikat, Senin (11/12/2017) waktu setempat. Aksinya bisa dibilang gagal karena bom tidak meledak sesuai yang diharapkan. Dia merupakan pelaku tunggal yang menjalankan aksinya terinspirasi dari kelompok teror ISIS.
Pria berusia 27 tahun itu merakit bom sederhana untuk diledakkan di jalur pejalan kaki di bawah tanah pada pukul 07.30 waktu setempat. Namun karena kurang pengetahuan, bom tidak meledak sebagaimana mestinya. Ledakan itu melukai empat orang dan Akayed Ullah sendiri.
Gubernur New York, Andrew Cuamo mengatakan, pelaku yang tinggal di Brooklyn menderita luka bakar pada perut dan tangannya. Dia merupakan satu-satunya yang menderita luka berat, di samping empat orang lainnya yang mengalami luka ringan, yakni gangguan pendengaran serta sakit kepala. Namun penderita luka ringan sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
“Ini New York, pada kenyataannya warga kota ini adalah target dari banyak orang yang suka membuat pernyataan melawan demokrasi, menentang kebebasan,” kata Cuomo seperti dikutip dari Fox News, Selasa (12/12/2017).
Bom pipa itu diikatkan di tubuh pelaku, terhubung dengan lampu Natal yang digabungkan dengan tenaga listrik dari baterai 9 volt. Di dalam pipa terdapat bubuk peledak, namun tidak bekerja optimal. Bahkan, kandungan peledak di dalamnya juga tidak dapat menghancurkan pipa, sehingga tidak sampai menjadi pecahan yang dapat mematikan orang.
Pipa sepanjang 5 inci diikatkan di tubuhnya menggunakan tali zip Velcro. Sementara baterai disembunyikan di bagian kanan jaket. Tapi alat itu meledak sebelum waktunya. Menurut Ullah, sebagaimana dituturkan dua petugas Kepolisian New York (NYPD), bom dibuat karena mendekati perayaan Natal. Dia terinspirsi aksi serupa di tempat lain. Bom dibuatnya sendiri di tempat kerjanya di sebuah perusahaan elektronik.