Jakarta – Peristiwa Bom Bali pada 2002 lalu yang menewaskan 186 orang, membuat pemerintah Amerika Serikat (AS) sangat berkepentingan untuk memberantas aksi teror di Indonesia. Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian, menyebut hal itu salah satunya karena pelaku Bom Bali terkait dengan organisasi Al Qaeda.
Dalam pemaparannya di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tito Karnavian, menyebut AS pada saat itu tengah bersemangat untuk memberantas terorisme, termasuk jaringan Al Qaeda, karena setahun sebelumnya mereka dihantam dengan peristiwa 911.
AS memiliki berbagai pilihan untuk bisa ikut campur dalam pemberantasan kelompok teror di Indonesia. “Amerika butuh kita sebagai negara dengan penduduk mmuslim terbesar,” kata Kapolri, Selasa (21/3/2017).
Kapolri mengatakan, AS bisa mengambil kebijakan untuk sepenuhnya mempercayai aparat hukum di Indonesia, memberikan bantuan sehingga tidak harus terjun langsung, atau terjun langsung dengan mengirimkan tentara AS.
“Pilihan yang ketiga mereka tidak mungkin ambil, karena kelompok atau pelaku teror terhitung kecil, kelompok moderatnya besar. Kalau mereka masuk, yang besar ini bisa ikut terpancing. AS tidak pernah menyuruh pemerintah Indonesia, untuk memberantas kelompok-kelompok tersebut,” jelasnya.
Di hadapan pimpinan dan anggota Dewan Pertimbangan MUI, Tito Karnavian menyebut AS memohon Indonesia untuk menuntaskan permasalahan tersebut. “There is no free lunch (tidak ada makan siang gratis). Kalau anda minta kepada kami, anda memohon, bukan meminta, ya ini, tentu ada imbalannya,” kata Tito Karnavian.