Ini 3 Fungsi yang Dimiliki Penyuluh Agama untuk Pencegahan Terorisme

Karimun – BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kepulauan Riau, Rabu (15/8/2018), menggelar kegiatan Penguatan Kapasitas Penyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme. Para penyuluh agama didorong memaksimalkan 3 fungsi yang dimilikinya untuk membantu upaya pencegahan terorisme.

Salah satu pemateri yang dihadirkan adalah Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karimun, H. Lukman. Dia mengawali paparannya dengan menyebut 3 fungsi yang melekat pada diri penyuluh agama.

“Fungsi pertama adalah informatif. Setiap penyuluh agama memiliki kewajiban berdakwah, menyampaikan penerangan agama yang bersifat mendidik dengan sebaik-baiknya,” kata Lukman.

Funsgi kedua, lanjut Lukman, adalah konsultatif. Penyuluh agama wajib menyediakan dirinya untuk kepentingan konsultasi masyarakat atas persoalan keagamaan yang dihadapi. “Sementara fungsi ketika adalah advokatif. Penyuluh agama memiliki tanggung jawab moral membela jika ada intimidasi keagamaan di masyarakat. Penyebaran ajaran tertentu melalui cara-cara kekerasan tak lain adalah bentuk intimidasi,” tandasnya.

Untuk bisa menjalankan 3 fungsi yang dimilikinya, Lukman menyambut baik diadakannya penguatan kapasitas oleh BNPT dan FKPT Kepulauan Riau.

“Ada hampir lima ratus penyuluh agama di Kabupaten Karimun, lebih dari empat ratus di antaranya non PNS. Mereka butuh pelatihan-pelatihan semacam ini,” ujar Lukman.

Dalam paparannya Lukman juga mengungkap ciri-ciri kelompok penyebar ajaran radikal terorisme. Ini dismapaikannya sebagai bekal agar penyuluh agama mampu mengenalinya dan menerangkannya kembali ke masyarakat.

“Kelompok penyebar radikalisme pada umumnya mengklaim kebenaran tunggal, mengutamakan ibadah secara penampilan dan jihadis, menggunakan cara-cara kekerasan, mudah mengkafirkan orang lain, tertutup dengan masyarakat, dan apolitik. Kenali itu dengan baik dan ajak masyarakat untuk menghindarinya,” pungkas Lukman.

Sementara peneliti dari Indonesian Institute for Society and Empowerment (INSEP), Taufik Hidayatullah, hadir untuk memberikan pelatihan penulisan naskah dakwah dengan pendekatan ayat-ayat bernuansa damai. Dia memberikan beberapa tips untuk penulisan naskah yang baik, di antaranya mengawali tulisan dengan kalimat yang langsung menarik perhatian para pembaca.

“Ini bisa bapak dan ibu lakukan misalnya dengan mengangkat tema-tema yang sedang aktual dalam halaman surat kabar dan majalah,” kata Taufik.

Tips penulisan naskah dakwah lain, lanjut Taufik, adalah materi yang dibarengi dengan ilustrasi menarik, seperti kisah kehidupan nabi, sahabat, para wali, kaum sufi dan sebagainya. Setelah itu sertakan pesan yang ingin dipaketkan dalam tulisan tersebut. “Jangan lupa pesan harus dikemas secara halus. Radikalisme adalah sikap di mana hati keras, akan mampu dibuka dengan dakwah-dakwah yang bersifat santun,” pungkasnya. [shk/shk]