Inggris Pulangkan Anak Anggota ISIS dari Suriah

London – Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan, pihaknya akan memulangkan anak-anak yatim piatu yang orangtuanya anggota kelompok militan Islamic State (ISIS). Anak-anak itu saat ini masih berada di Suriah.

Anak-anak,-yang tidak dapat diidentifikasi karena alasan keamanan akan menjadi warga negara Inggris pertama yang dibawa pulang dari wilayah yang sebelumnya di bawah kendali kelompok teror.

Sekitar 25 wanita Inggris dan lebih dari 60 anak-anak mereka terdampar di timur laut Suriah, sejak melarikan diri dari ISIS. Sebagian besar dari mereka berusia di bawah lima tahun, yang berarti mereka mungkin dilahirkan di wilayah Isis.

Pemerintah Inggris enggan mengembalikan warganya karena masalah keamanan, tetapi Raab mengatakan bahwa mereka sedang mencari anak-anak yatim piatu yang akan dipulangkan. Pemulangan juga dilakukan kepada anak-anak yang tidak didampingi.

Dalam sebuah pernyataan pada Kamis 21 November Menlu Raab mengatakan, membawa pulang anak-anak adalah “hal yang benar untuk dilakukan”.

“Anak-anak yang tidak bersalah dan yatim ini seharusnya tidak pernah mengalami kengerian perang,” tambah Raab, seperti dikutip The Independent, Jumat, 22 November 2019.

“Sekarang mereka harus diberi privasi dan diberi dukungan untuk kembali ke kehidupan normal,” ujarnya.

PBB sebelumnya menyerukan agar semua anak anggota ISIS asing dipulangkan ke negara asal mereka. Sekitar 70.000 wanita dan anak-anak yang melarikan diri dari ISIS jelang kejatuhannya, ditahan di kamp-kamp oleh Pasukan Demokratik Suriah (SDF). SDF adalah milisi yang kebanyakan berasal dari orang Kurdi yang mengalahkan kelompok teror dengan dukungan AS dan Inggris.

Fasilitas terbesar dari itu adalah kamp al-Hol, yang saat ini menampung sekitar 11.000 warga asing. SDF juga menahan ratusan anggota ISIS yang asalnya dari Eropa.

Sejumlah negara Eropa telah memulangkan anak-anak terlantar. Prancis, Jerman, Norwegia, dan Denmark semuanya membawa sejumlah kecil orang, yang sebagian besar adalah anak yatim yang orangtuanya terbunuh selama bulan-bulan terakhir kekuasaan ISIS.

Australia juga baru-baru ini membawa pulang delapan anak dan cucu dari dua warga negara Australia yang berjuang untuk ISIS.