Jakarta – Badan nasional penanggulangan terorisme (BNPT) kembali menggelar diskusi tentang penanggulangan terorisme, kali ini Direktorat Bilateral Kedeputian III BNPT yang menyelenggarakan kegiatan itu dengan mengangkat tema Countering Radicalism and Terorism. Hadir dalam kegiatan ini antara lain Mohammed Abbasi (Co-Director of Association of British Muslims), Imam Qari Asim (Imam Masjid Makkah di Leeds), Imam Asim Hafiz (Islamic religious advisor, Ministry of Defence, UK), Saista Gohir (Ketua Muslim Women’s Network), Akeela Ahmed (Christian-Muslim Forum) serta perwakilan warga Muslim Inggris Imam Asim Hafiz dan Imam Qari Asim.
Pada kegiatan yang berlangsung pada Rabu (02/02/16) kemarin itu Kasubdit Pengamanan Objek Vital Letkol Marinir Purwanto Djoko P yang mewakili Deputi III menyampaikan bahwa deradikalisasi merupakan aspek penting dalam upaya penanggulangan terorisme yang dilakukan BNPT selama beberapa tahun terakhir ini. Ia menjelaskan program deradikalisasi yang digalang BNPT melibatkan banyak pihak, diantaranya MUI, PBNU, dan Muhammadiyah.
Purwanto juga menegaskan bahwa deradikalisasi merupakan bagian dari upaya penanggulangan terorisme yang menggunakan metode soft approach, langkah ini dilakukan untuk memberikan konter narasi terhadap paham radikal bagi teroris, baik napi teroris yang masih di dalam Lapas, napi terorisme yang sudah keluar lapas, mantan teroris, keluarga, maupun jaringannya yang tersebar di berbagai wilayah.
Perwakilan dari Inggris mengaku terkesan dengan program kerja yang dilakukan oleh BNPT, mereka juga sepakat bahwa terorisme bukan sekedar aksi kekerasan, tetapi juga paham yang mendorong terjadinya kekerasan. Karenanya deradikalisasi menjadi penting untuk terus dilakukan.
Imam Asim Hafiz kemudian menyatakan bahwa warga Muslim Inggris, terutama yang ada di kementerian pertahanan seperti tentara perlu banyak belajar dari Muslim di Indonesia, terutama tentang keragaman ekspresi keberagamaan yang menurutnya unik.
“Di Indonesia ada wanita Muslim membaca alquran pada saat pembukaan acara atau bahkan memakai jilbab lalu naik motor, ini hal yang aneh bagi Muslim di Inggris,” ungkapnya.
Ia juga menyatakan metode soft approach yang dilakukan Indonesia perlu dicontoh oleh Inggris, khususnya karena kekerasan atas nama agama mulai muncul di Inggris, anak-anak muda di Inggris mulai banyak yang bergabung dengan kelompok teroris di Suriah untuk melakukan berbagai kekerasan dengan dalih agama. Penanganan terorisme dengan metode soft approach dipandangnya sebagai upaya yang tepat dalam menanggulangi terorisme di negaranya.