Indonesia Plural, HTI dan ISIS Disebut Bisa Jadi Ancaman Bangsa

Indonesia Plural, HTI dan ISIS Disebut Bisa Jadi Ancaman Bangsa

Jakarta – Tokoh budaya yang mantan Kapolda Jawa Barat Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan mengatakan, munculnya gerakan seperti ISIS dan HTI menjadi ancaman bangsa karena konsep khilafah yang diusungnya.

“Indonesia plural, multikultur dan agamis sangat rentan dengan ancaman ini, karena bisa memecah bangsa,” Kata Anton Charliyan pada Diskusi publik “Pancasila dan Khilafah” di Hotel Kampung Sumber Alam Garut, Dikutip Liputan6.com, Sabtu (14/12).

Sementara itu, Peneliti Senior LIPI yang juga Pengurus Pusat Muhammadiyah Najib Burhani menyampaikan, sebagian kelompok dalam Islam meyakini bahwa khilafah adalah sistem yang dimandatkan oleh Tuhan dan karenanya bisa mempersatukan umat Islam dan menjadi solusi terhadap seluruh persoalan umat manusia.

Sayangnya, konsep Khilafah saat ini dikooptasi oleh pemahaman monolitik Hizbut Tahrir dan kelompok teroris ISIS di Suriah.

Satu hal yang perlu dicatat bahwa seandainya Ahmadiyah diakui sebagai bagian dari Islam, maka sistem kekhilafaan Islam sebetulnya tidak benar-benar hancur.

Ini karena sebelum Turki Usmani dibubarkan oleh Mustafa Kemal Ataturk, pada 1908 kelompok Ahmadiyah telah mendirikan kekhilafahan baru ini.

Mubaligh Ahmadiyah Mln. Hafizurrahman Danang mengatakan, konsep khilafah versi Ahmadiyah berbeda dengan yang dianut Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) maupun Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Danang menyebut konsep khilafah yang dianut Ahmadiyah adalah sebagaimana yang ada dalam Al-Qur’an di surat An-Nur ayat 55.

Dia menjelaskan, ayat itu menyatakan bahwa Allah menjanjikan akan memberikan imam atau khalifah bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh.

“Tujuannya [Allah memberikan khalifah] dalam ayat itu [ada] dua: memberikan keteguhan dalam beragama Islam dan memberikan keamanan dalam menghadapi berbagai ancaman yang menimbulkan ketakutan,” kata Danang

Oleh karena itu, dia berpendapat, kedatangan khalifah ke dunia adalah untuk memberikan suasana damai kepada umat, dan bukan sebaliknya, menebar rasa takut hingga bencana peperangan atau pembunuhan.