Jakarta –Indonesia terus memperkuat sinergi dengan dunia internasional dalam menangani terorisme. Kali ini, Australia dan sembila negara Asia digandeng untuk bekerjasama dalam menangani isu keamanan global, terutama terorisme.
Menko Polhukam Wiranto menegaskan, terorisme adalah kejahatan terhadap kemanusiaan yang harus diselesaikan bersama secara lintas negara. Bahkan akhir-akhir ini perkembangan aksi terorisme dan radikalisme di dunia belum menunjukkan tanda akan menyusut atau berkurang.
Untuk menghadapi itu, Indonesia melalui Kemenko Polhukam menjalin kerja sama dengan Australia dan sembilan negara di Asia Tenggara untuk mendiskusikan tentang isu-isu keamanan global dan kawasan Asia.
“ Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan antara Australia dan sembilan negara Asean untuk bertukar pemikiran serta merumuskan gagasan dalam menghadapi terorisme dan aksi radikalisme dunia yang tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan,” ujar Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat akhir pekan kemarin.
Pertemuan itu akan menggelar dua acara. Pertama pertemuan pihak Indonesia dan Australia di Bali tanggal 5 Agustus 2018 bertajuk “The Fifth Indonesia-Australia Ministry of Council on Law and Security”,
“Jaksa Agung Australia yang biasa menjadi lawan bicara saya akan digantikan Menteri Dalam Negeri Australia Peter Craig Duttob untuk membicarakan bagaimana melawan terorisme terutama memutus jalur logistik yang digunakan untuk aksi terorisme ke regional ASEAN ke Indonesia, dan juga ke Austria,” tutur Wiranto dikutip dari kompas.com.
Acara kedua, pada tanggal 6 Agustus 2018 Indonesia akan kembali menggelar pertemuan dengan Australia dengan sembilan negara ASEAN di Lombok dengan tema “Responding to Envolving Terorisme Strategic and Tactic”.
Dalam acara tersebut, rencananya tidak hanya terdiri dari para menteri luar negeri negara-negara sahabat yang akan hadir, melainkan ada yang pula dari Mendagri, ada yang mengutus Menteri Kehakimannya, serta dewan keamanan nasionalnya.
Wiranto mengungkapkan Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah lantaran Indonesia mendapat pengakuan dalam penanganan terorisme dan aksi radikalisme di mata dunia. Terutama langkah-langkah persuasif dan edukatif terhadap penanganan aksi-aksi terorisme yang terbukti ampuh.
Ia mengatakan, jumlah penduduk Indonesia yang besar, dan luas wilayah, serta rasio penduduk muslim terbesar di dunia, dipandang bisa meminimalisir aksi terorisme dan radikalisme, terutama dengan program soft approach atau pendekatan lunak.
“Kita mempunyai satu metoda lawan terorisme disebut dengan soft aproach bukan hard aproach. Kalau hard aproach ada teroris diidentifikasi hancurkan, tapi kalau soft aproach mulai dari hulunya diidentifikasi kita cegah supaya tidak menjalar, mengalir menjadi ujungnya teroris,” jelas Wiranto.