Bekasi- Ketua PCNU Kabupaten Bekasi KH Bagus Lukito MA mengatakan, akar masalah yang memicu radikalisme dan intoleran di Tanah Air cukup banyak. Bisa karena keterpurukan ekonomi, pemahaman agama yang salah, masalah pendidikan, dan lain-lain.
Padahal, sesungguhnya agama Islam adalah kafah (sempurna). Jihad pun tidak harus perang, apalagi Indonesia adalah darussalam (negeri yang aman). Jihad yang sesungguhnya perlu dilakukan di Tanah Air adalah meningkatkan mutu pendidikan, menyejahterakan masyarakat, dan memberikan pemahaman agama yang benar kepada masyarakat.
Dikatakan, sikap NU sudah sangat jelas tidak setuju dengan Hizbuth Tahrir Indonesia (HTI). Gerakan organisasi yang hendak dibubarkan pemerintah itu adalah semi politik. Kegiatannya tidak murni agama.
“Yang sangat menonjol adalah politik, dan berkeinginan menggantikan sistem negara Pancasila menjadi khilafah. Padahal, Nabi Muhammad SAW sendiri tidak ingin mendirikan negara agama di Madinah, tapi negara madani yang di dalamnya terdapat banyak suku, etnis, dan agama,” katanya.
Menurut ulama yang juga polisi berpangkat Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) itu, kiprahnya HTI yang terlalu politis dibuktikannya sendiri ketika beberapa kali mengikuti kegiatan organisasi itu. “Ya, saya penasaran apa kegiatan HTI, sehingga sering mengikuti kegiatan mereka. Mereka lupa, ketika Nabi wafat, sistem pemerintahan diberikan kepada sistem demokrasi,” katanya kepada Damailahindonesiaku.com di Mapolres Bekasi Kota, Selasa (16/5/2017) sore.
Menurut KH Bagus Lukito, anggota HTI di Kabupaten Bekasi tidak lalu banyak. Hanya ada di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Cibarusah, Karang Bahagia, dan Cikarang Pusat. “Kalaupun ada di kecamatan lain, mereka menginduk ke ketiga wilayah itu. Jumlahnya tidak banyak”.
Kendati demikian, Nahdatul Ulama akan mengambil bagian untuk menyadarkan pihak-pihak yang termakan paham wahabi, salafi, dan khilafah yang selalu mengkafirkan pihak lain, karena tidak sejalan dengan keinginan dan pemikiran mereka.