Jakarta – Kedutaan Besar Korea Selatan di Indonesia bersama Universitas Indonesia kembali menggelar Konferensi Ilmiah ke-2 tentang Kebijakan dan Kerja Sama Penanggulangan Terorisme Korea Selatan–Indonesia. Agenda yang berlangsung di Jakarta pada Rabu (10/12) dan diumumkan sehari kemudian melalui laporan KBS ini menjadi wadah konsolidasi penting bagi kedua negara dalam menghadapi ancaman keamanan yang kian kompleks.
Sekitar 60 peserta hadir mewakili lembaga strategis Korea Selatan dan Indonesia, mulai dari pejabat kementerian, Pusat Kontra-Terorisme di bawah Kantor Koordinasi Kebijakan Pemerintah Korea, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), kepolisian, pasukan khusus penanggulangan teror, hingga pusat riset kebijakan dan akademisi. Komposisi peserta yang beragam mencerminkan pendekatan menyeluruh yang kini dibutuhkan dalam penanggulangan ancaman lintas negara.
Diskusi utama forum memotret perkembangan terkini ancaman terorisme di Indonesia serta tantangan regional di Asia Tenggara, termasuk lonjakan kejahatan lintas negara seperti penipuan daring (online scam) yang semakin terstruktur dan memanfaatkan teknologi canggih. Para peserta menekankan bahwa fenomena ini tidak hanya mengganggu stabilitas ekonomi, tetapi juga dapat menjadi pintu masuk bagi aktivitas kriminal yang lebih serius.
Pelaksana Tugas Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Park Soo-duk, menegaskan bahwa ruang gerak pelaku kejahatan kini tidak lagi dibatasi batas negara. “Untuk menghadapi kejahatan lintas negara, kerja sama antara Korea Selatan dan Indonesia serta kolaborasi dengan ASEAN menjadi sangat penting,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan Indonesia mengingatkan bahwa absennya insiden teror dalam tiga tahun terakhir bukan berarti ancaman hilang sepenuhnya. Tantangan baru justru muncul dari penyebaran ideologi ekstrem melalui media sosial dan gim daring, serta penggunaan mata uang kripto untuk pendanaan terorisme yang lebih sulit dilacak.
Kepala Seksi Kerja Sama Multilateral Direktorat Hubungan Internasional Polri, Tony Priyanto, menekankan urgensi peningkatan kerja sama kepolisian kedua negara. Menurutnya, masyarakat Indonesia kini semakin sering menjadi sasaran kejahatan siber, termasuk penipuan daring lintas negara. “Kolaborasi kepolisian sangat diperlukan untuk menanggulanginya,” tegasnya.
Konferensi ini diharapkan memperkuat koordinasi, pertukaran informasi intelijen, dan jejaring riset kebijakan antara Indonesia dan Korea Selatan. Upaya tersebut menjadi fondasi penting bagi penguatan arsitektur keamanan kawasan di tengah perubahan lanskap ancaman yang terus berkembang.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!